-->

atas

    Monday 25 November 2019

    Vibriosis pada ikan

    Nama lain:  vibriosis; red pest, saltwater furunculosis, boil disease, dan ulcer disease, vibriosis klasik

    Etiologi/ penyebab
    setidaknya ada 13 spesies vibrio yang dilaporkan menyebabkan penyakit pada ikan antara lain Vibrio alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. damsella (Photobacterim damsella), V. harveyi, V. ordalii, V. parahaemolyticus, V. mimicus, V. vulnificus, V. Salmonicida serta tiga spesies baru V. Ichthyoenteri, V. Splendidus, V. Pelagiius.
    Namun dari kesemuanya, hanya V. Anguillarum, V. Ordalii, dan V. Salmonicida yang paling banyak tercatat patogenesitasnya pada ikan [2]. Di antara berbagai spesies vibrio,  paling banyak dilaporkan sebagai patogen ikan adalah V. Harveyi yang menyerang ikan laut, V. Alginolyticus yang menyerang ikan pada perairan hangat, dan V. Splendidus yang menyerang ikan laut di Eropa serta Selandia Baru [5]. Bakteri V. Anguillarum merupakan bakteri gram negatif, motil, batang, berukuran 0,5 x 1,5um [2]. Bakteri ini memiliki faktor virulensi antara lain faktor adhesi, kolonisasi, invasi, produksi eksotoksin, komponen permukaan sel, dan sistem uptake iron [4].

    Hospes 
    Vibrio merupakan mikrobial flora normal pada organisme laut termasuk ikan. Bakteri ini menyebabkan penyakit pada ikan payau dan laut. Namun demikian kadangkala dapat menyebabkan penyakit pada ikan air tawar [2]. Vibrio anguillarum memiliki persebaran dan inang yang bervariasi. Sedangkan V. Ordalii dan V. Salmonicida lebih terbatas pada ikan salmon dan area tertentu saja [4].

    Stadium rentan
    Ikan berusia muda dapat terjangkit oleh vibriosis [2].

    Epizootiologi:
    Vibrio anguillarum pertama kali dideskripsikan pada ikan lele di Italia sekitar abad ke 19. Vibrio ini di telu Meksiko, pasifik, pantai atlantik Amerika utara, Laut Selatan, Atlantik, dan pantai mediterania Eropa dan Afrika Utara, Timur Tengah, dan meluas di Asia. Vibrio vulnificus pertama kalinya banyak menyebabkan permasalahan lele di Jepang dan Belanda. Vibrio anguillarum dapat menyebar melalui kolom air dan kontak langsung. Rute oral juga dapat menyebarkan infeksi ini [2]. Mortalitas pada ikan muda lebih dari 50% [3].

    Faktor pendukung
    Vibriosis paling sering terjadi ketika musim panas, dimana suhu tinggi (kebanyakan) dan kadar oksigen rendah. Kepadatan yang tinggi atau higienitas yang buruk berkontribusi terhadap kejadian. Namun demikian, infeksi dalam jumlah rendah dapat terjadi tanpa perlu adanya stressor eksternal [2]. Bahkan beberapa strain tidak membutuhkan predisposisi stress untuk menimbulkan infeks [6]. iKejadian vibriosis pada ikan air tawar biasanya berkaitan dengan pemberian pakan mengandung kotoran ikan laut [3].

    Gejala Klinis
    Pada ikan flounder gejala vibriosis akut teramati dalam 12-48 jam pasca inokulasi dan mati dalam 2-4 hari. Gejala vibriosis kronis teramati dalam 1-4 hari dengan duari kematian/ sembuh 2-6 minggu [2]. Gejala klinisnya tidak spesifik [5]. Waktu inkubasinya bergantung pada suhu, virulensi strain, dan tingkat stress dimana ikan hidup Gejala utama vibriosis pada ikan salmon dan turbot muda meliputui anoreksia, menghitam, dan kematian secara mendadak. Dropsi abdomen dan/ periorbital mungkin saja terjadi. Pada ikan dewasa, outbreak dapat bersifat akut dan seringkali menjadi kronis. Pada fase akut, ikan mengalami pembengkakan, warna tubuh gelap, ulcerasi kulit hingga terdapat eksudasi. Ulcer dapat sangat dalam dan nekrosis. Pada pengamatan internal, limpa membengkak dan mengkeju. Pengkejuan ginjal dan petekie organ visceral juga teramati. Hemoragi fokal terlihat pada permukaan jantung dengan insang memucat [3]. Memucatnya insang menunjukkan adanya anemia yang berat [4]. Nekrosis hemoragika yang dalam teramati pada myotome. Pada infeksi kronis, lesi menjadi granulomatous. Insang pucat, hemoragi rongga abdomen menghasilkan adesi fibrinous di antara organ internal. Area mulut dan mata juga dapat terinfeksi [3]. Pada mata, lesi berupa edema kornea, ulcerasi, dan exopthalmia [6].

    Perubahan patologi
    Infeksi oleh bakteri vibrio sering berupa bakterial hemoragi septicaemia. Pada otak, infeksi vibrio menyebabkan adanya pyogranuloma atau granuloma ventriculitis. Infeksi bahkan dapat mencapai mata dan menyebabkan infeksi intraocular. Di otot, infeksi vibrio secara subakut atau kronis dapat menyebabkan nekrosis liquefactive multifokal. Pada jantung infeksi vibrio ikan cod memperlihatkan pericarditis granulomatosa [1]. Cardiac myopathy, nekrosis ginjal dan limpa, serta oedema periorbital dapat terjadi pada kasus perakut. Lesi jantung pada kasus akut tidak begitu teramati. Lesi kulit pada kasus akut dapat berupa foki peradangan hipodermis hingga ke bagian otot.Vibriosis pada organ hati mengakibatkan nekrosis fokal, deplesi organ ginjal dan limpa, serta nekrosis elemen hematoopoietik. Pada ginjal, lesinya dapat meluas hingga ke glomerulus dan jaringan interrenal. Pada kasus kronis, toksin dari vibrio menyebabkan banyak muncul hemosiderin dan melanomakrofag center pada limpa dan ginjal akibat adanya anemia hemolitika [3]. Spesies vibrio mendiami usus dan beberapa dapat menyebabkan enteritis nekrotik pada benih. Spesies vibrio yang menyebabkan hal semacam ini adalah Vibrio ichthyoenteri.  [1]

    Metode Diagnosa
    Bakteri vibrio dapat diisolasi menggunakan media BHI, TSA, dll asal organ internal terutama yang memiliki banyak suplai darah. Isolasi dapat diperkuat dengan menambahkan 0,5-3,5% NaCl ke dalam media. Vibrio anguillarum tumbuh pada suhu 25-30oC dalam 24-48 jam. Koloni tumbuh dengan permukaan meninggi, bulat, diameter 1-2mm, berwarna krem, [2]. Pada TCBS, koloni bakteri vibrio akan berwarna kuning (sukrosa positif) [4]. Diagnosa konfirmasi dapat dilakukan melalui uji biokimia atau serologii bahkan molekuler [5].

    Diagnosa banding
    Vibriosis menimbulkan lesi kulit yang dalam. Lesi semacam ini juga dapat ditemukan pada kasus yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas salmonicida, Mycobacterium, dan Edwardsiella ictaluri. Bahkana, gejala klinis dari vibriosis serupa dengan MAS (Motile Aeromonas Septicaemia), Viral Haemorrhagic Septicaemia Virus (VHSV) [1,5].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Seleksi genetik terhadap ikan yang tahan vibrio menunjukkan resistensi yang cukup baik. Penggunaan heat shock dapat menurunkan kematian, namun penggunaan antibiotik menunjukkan hasil yang lebih baik. Antibiotik untuk penanganan vibriosis umum digunakan, akan tetapi hal ini hanya efektif jika ikan masih mau makan. Perkembangan untuk vaksin vibrio baik secara oral maupun perendaman sudah cukup efektif walaupun masih terjadi imunosupresi [3]. Bahkan seringkali formulasi vaksinnya multivalen [5]. Beberapa jenis probiotik juga mampu mengendalikan vibriosis. Probiotik yang mengandung Pseudomonas fluorescens, Aeromonas sobria, Bacillus sp dapat menghambat vibrio pada ikan rainbow trout dengan perendaman. Pemberian probiotik ke dalam air dan pakan juga cukup efektif. Probiotik yang diberikan melalui pakan juga cukup menjanjikan mengatasi vibriosis [4]. Disamping dengan pengobatan, perbaikan maanjemen seperti kualitas air serta meniadakan stress dapat menurunkan dampak vibriosis pada populasi ikan [5].

    Referensi

    1. Fergusson, F.W. (ed). 2006. Systemic Pathology of Fish A Text and Atlas of Normal Tissues in Teleosts and their Responses in Disease. Scotian Press: UK

    2. Plumb, J.A dan Hanson, L.A. 2011. Health Maintenance and Principal Microbial Diseases of Cultured Fishes Third Edition. Black and Wiley: Iowa

    3. Roberts, R.J (Ed). 2012. Fish Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK

    4. Woo, P.T.K. dan Cipriano, R.C (Ed). 2017. Fish Viruses and Bacteria: Pathobiology and Protection. CAB International: UK

    5. Smith, S.A (Ed). 2019. Fish Disease and Medicine. CRC Press: Boca Raton

    6. Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing















































































    No comments:

    Post a Comment