Metode fiksasi yang tepat
merupakan metode yang paling penting dalam mempersiapkan preparat histologi udang. Fiksasi yang tidak
tepat akan menyebabkan misinterpretasi pada jaringan. Hal yang perlu diperhatikan
adalah beberapa jaringan udang lebih cepat terautolisis dibandingkan jaringan
hewan lainnya. Oleh karenanya perendaman saja tidak cukup, harus dilakukan
injeksi pada area –area tertentu
Udang
Udang yang dipergunakan untuk histologi adalah udang yang mati
segar, sekarat. Udang mati hampir selalu tidak dapat digunakan untuk histologi.
· Larutan Fiksatif
Larutan fiksatif yang digunakan untuk histologi udang ada
beberapa seperti Helly’s, Bouin’s, 10% NBF, dan larutan Davidson’s AFA. Larutan Davidson’s
secara umum digunakan dan terbaik untuk udang penaeid. Larutan ini dapat dibuat dengan bahan sebagai
berikut:
95% etanol/ etanol absolut 330mL
Formaldehyde (37-40%) teknis 220mL
Asam asetat glacial 115mL
Akuades 335mL
Alternatif
Alkohol 50% 62,7mL
Formalin 37% 22mL
Asam asetat glacial 11,5mL
Akuades 3,8mL
Isopropil alcohol dapat digunakan sebagai pengganti etanol,
namun hasilnya tidak terlalu baik.
Asam asetat glacial tidak dapat diganti dengan asam yang lain
sebab bahan ini berfungsi mendekalsifikasi eksoskeleton dan hal ini sangat
membantu pada saat melakukan irisan jaringan. Larutan Davidson’s juga dapat
digunakan untuk fiksatif pengujian lain seperti In Situ Hibridisasi. Deteksi
virus RNA tidak dapat dilakukan pada organ yang difiksasi dengan larutan
Davidson’s sebab RNA nya hancur dengan larutan ini. Disamping itu formalin
dalam larutan ini dapat mengganggu proses PCR. Hal yang perlu diperhatikan
adalah larutan Davidson’s sangat kuat, hindari kontak dengan kulit dan mata.
Larutan
fiksatif lain seperti neutral buffer formalin 10% dapat digunakan. Namun,
penggunaan larutan ini akan menghasilkan gambaran sel dan jaringan yang berbeda
dengan fiksasi menggunakan Davidson’s.
Ketentuan Fiksasi
a. Udang berukuran kecil (larva, PL awal (<PL5)):
masukkan secara langsung
ke dalam fiksatif perbandingan 1:10
selama 12-24 jam
b. Udang berukuran besar (PL besar, juvenil, dewasa)
Injeksi larutan fiksatif (0,1-5mL)
pada hepatopankreas, lambung, dan midgut pada segmen 2-4. Jumlah larutan yang
diinjeksikan bergantung ukuran spesimen. Sebagai panduan, injeksikan kurang
lebih 5-10% dari berat badan udang
(0,1mL fiksatif untuk udang 1 gram; 1mL untuk udang 10 gram; dll). Perubahan
warna akan terjadi pada area yang diinjeksi. Kemudian uka kutikula cephlothorax
dan abdomen di sisi samping hingga dorsal midline menggunakan gunting. Rendam dalam larutan Davidson’s selama 48-72
jam
c. Udang berukuran besar (>12gram)
Setelah injeksi, potong
udang menjadi 2-3 bagian untuk udang besar, di perbatasan
cephalothorax-abdomen, dan di tengah abdomen
d. Udang berukuran besar, udang galah, lobster, kepiting
Organ yang akan diperiksa
sebaiknya di ambil setelah diinjeksi larutan fiksatif. Pasca injeksi, organ diiris dan dibagi
menjadi 2 hingga 3 bagian. Kemudian spesimen di rendam dalam larutan Davidson’s
selama 24-72 jam.
*Catatan: Hepatopankreas harus memperoleh larutan fiksatif
terbanyak daripada abdomen. Pada udang berukuran besar injeksi hepatopankreas
baiknya dilakukan pada beberapa titik. Setelah
diinjeksi, direndam dalam larutan Davidson’s perbandingan 1:10
Waktu fiksasi
Fiksasi selama 12-48jam dalam larutan Davidson’s (1:10)
dengan ketentuan 12 jam untuk larva dan PL, 24 jam juvenil, 48-72 jam untuk
subadult hingga dewasa (tergantung ukuran). Makin besar udang makin lama waktu
fiksasi untuk memastikan dekalsifikasi eksoskeleton. Lewat dari waktu tersebut
dipindahkan ke dalam alcohol 50-70%.
Hal yang perlu diperhatikan dalam waktu fiksasi adalah,
harus dilakukan sesegera mungkin setelah udang diambil dari air. Tidak
diperkenankan udang tersebut dibawa dalam es atau dengan wadah tertentu untuk
dibawa ke tempat fiksasi. Udang harus dibawa dalam kondisi hidup hingga ke
lokasi untuk fiksasi.
· Transportasi sampel
Spesimen berukuran besar yang akan ditransportasikan harus
dibungkus dengan tisu atau kain yang dibasahi alcohol 70% dan dikemas dengan plastik
ganda. Udang kecil bisa dimasukkan ke
dalam vial atau tube kecil dan dikemas dengan plastik. Pelabelan harus
menggunakan pensil.
Referensi
Alaya
de Graindrage, V. dan Flegel, T.W. 1999. Diagnosis of shrimp diseases, with
emphasis on the black tiger shrimp (Penaeus monodon). FAO: Roma
Bondad-Reantaso,
M.G., McGladdery, S.E., East, I., and Subasinghe, R.P. (eds.)Asia Diagnostic
Guide to Aquatic Animal Diseases.FAO Fisheries Technical Paper No. 402,
Supplement 2. Rome, FAO. 2001. 240 p.
Course
The University of Arizona Department of Veterinary Science and Microbiology
Aquaculture Pathology 2009
Lightner,
D.V (Ed). 1996. A Handbook of Shrimp Pathlogy and Diagnostic Procedures For
Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society
OIE.2016.
Manual of Diagnostic Tests for Aquatic Animals - Chapter 2.2: Disease of
Crustacean.
No comments:
Post a Comment