-->

atas

    Sunday 15 October 2017

    Gyrodactyliasis

    Nama lain:  gyrodactyliasis [7], skin fluke


    Etiologi/ penyebab: Gyrodactylus.sp [1] Gyrodactylus salaris [9]

    Morfologi:
    Cacing monogenean dengan panjang 0,5-0,8mm [2]. Cacing ini melekatkan diri dengan haptor yang dilengkapi dengan 2 jangkar (anchor) dan 16 kait tepi (marginal hook). Bersifat hermafrodit [3]. Gyrodactylus tidak memiliki bintik mata dan pada ujung kepalanya terdapat dua tonjolan [4]. Embrio parasite dapat terlihat di dalam uterus [6].

    Taxonomi [1]:
    Filum             : Vermes
    Subfilum      : platyherlminthes
    Kelas             : Trematoda
    Ordo              : Monogenea
    Famili            : Gyrodactylidae
    Subfamili     : Gyrodactylinae
    Genus           : Gyrodactylus
    Spesies         : Gyrodactylus. Sp

    Hospes : ikan air tawar, laut, payau [1] Clarias batrachus, C. macrocephalus, Cyprinus carpio, Pangasius, Ophiocehalus striatus, Trichopterus pectoralis  [3]

    Stadium rentan : larva dan juvenil [3]

    Epizootiologi:
    Infeksi berat mengakibatkan kematian hingga 30-100% dalam beberapa minggu. Kematian ini utamanya akibat infeksi sekunder. Penularan cacing ini terjadi secara horizontal [4]

    Faktor pendukung
    Spesies ikan, malnutrisi, bahan organik yang tinggi, fluktuasi kualitas air terutama suhu[4]

    Siklus hidup
    Cacing monogenean ini merupakan cacing yang bersifat vivipar [1]. Setiap individu cacing memiliki organ reproduksi jantan dan betina [10]. Larva berkembang di dalam uterus cacing dewasa secara serial poliembrionik [6]. Cacing dewasa akan melepaskan larva yang secara cepat melekat pada hospes atau terbawa oleh air kemudian melekat di hospes lain. Siklus hidupnya secara langsung dan tiap individu dewasa dapat menghasilkan beberapa generasi. Hal ini menyebabkan populasi cacing ini dapat bertambah dengan cepat [10]. Parasit ini merupakan parasit obligat yang tidak dapat bertahan lebih dari 20 menit bila tidak melekat pada hospesnya [6].

    Gejala Klinis
    Pernafasan meningkat dan produksi lendir berlebih [1]. Gyrodactylus memakan kulit dan mukus serta menyebabkan iritasi [11]. Warna kulit ikan menjadi semakin pucat. Bercak merah dan hitam terkadang terlihat pada permukaan tubuh. Infeksi berat menyebabkan respirasi dan osmoregulasi terganggu dan sisik lepas. Terlepasnya sisik akan menyebabkan masuknya infeksi sekunder bakteri atau cendawan. Kondisi ini diikuti dengan sirip yang menguncup dan kerontokan sirip ekor. Dampak dari infestasi parasite ini adalah pertumbuhan yang terganggu dan nafsu makan menurun. Ikan akan menunjukkan perubahan perilaku seperti berkumpul dekat inlet, menggosok-gosokkan tubuh pada benda di sekitarnya dan melompat. [3, 4]. Infestasi parasit ini dapat memicu infeksi sekunder bakteri dan jamur [11].

    Perubahan patologi
    Infeksi berat dapat menyebabkan hancurnya epitel insang dan kulit di tempat parasite melekat [5]. Insang mengalami hyperplasia, hipersekresi mucus, dan ujung lamella membentuk benjolan  (clubbing). Infestasi pada kulit menyebabkan nekrosis sirip. Infeksi berat akan menyebabkan peradangan insang dan mengurangi area pertukaran udara. Kerusakan kulit dapat memicu kegagalan sistem imun innate yang mengakibatkan patogen oportunis seperti bakteri dan jamur menginfeksi. Kelompok Gyrodactylid menghisap darah melalui permukaan kapiler dan epitel pembatas insang dan kulit [6].

    Metode Diagnosa
    Pengamatan secara visual dan klinis [4]. Prosedur wet mount dilakukan dengan scraping kulit atau insang [5]. Pemeriksaan histopatologi juga dapat dilakukan [6]. Pada pemeriksaan hematologi terjadi peningkatan PMN agranulocyte dan monosit [3]

    Prognosis
    Prognosis cukup baik jika infestasi hanya sedikit. Jika kelukaan cukup parah maka akan menjadi jalan masuk infeksi sekunder [5].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Pencegahan dilakukan dengan pengelolaan air mengalir untuk menghindari infestasi dalam jumlah banyak. Disamping itu juga harus dilakukan pengurangan kepadatan [6]. Karena Gyrodactylus menghasilkan “anak”, satu kali penanganan saja sudah cukup [10]

    Pengendalian dilakukan dengan cara [5]:
    -          Mempertahankan suhu >29oC
    -          Pemberian immunostimulan vitamin C secara rutin
    -          Mengurangi kadar bahan organik terlarut
    -          Meningkatkan frekuensi penggantian air

    Sumber :[3], [4], [6], [8], [9], [10], [11]

    Referensi
    [1] Supian, E.   . Penanggulangan Hama & Penyakit pada Ikan: Solusi Budidaya Ikan yang Sehat dan Menguntungkan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

    [2] Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

    [3] Afrianto, E., Evi Liviawaty, Zafran Jamaris, Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta Timur

    [4] Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

    [5] Meyers, T. Burton, T, Bentz, T. 2008. Common Diseases of Wild and Cultured Fishes in Alaska. Alaska Department of Fish and Game

    [6] Baker, D.G (Ed). 2007. Flynn’s Parasites of Laboratory Animals 2nd Edition. Blackwell Publishing: Oxford

    [7] Kurniawan, A.2012. Penyakit Ikan. UBB Press: Pangkal Pinang

    [8] Aquaculture Fisheries Division. Prevention and Treatment of Fish Diseases. Agriculture. Fisherles and Conservation Department

    [9]. Austin, B. Dan Newaj-Fyjul, A. 2017. Diagnosis and Control of Diseases of Fish and Shellfish. John Wiley & Sons

    [10] Reed, P., Francis-Floyd., R, Klinger, RE. Monogenean Parasites of Fish. University of Florida

    [11] Elseikha, H. dan Patterson, J.S. 2013. Veterinary Parasitology: Self Assessment Color Review. CDC Press



    No comments:

    Post a Comment