Nama
Lain: Viral Encephalopathy and
Retinopathy (VER), Viral Vacuolating Encephalopathy and Retinopathy, Paralytic
Syndrome, Spinning Grouper Disease, Fish Encephalitis, Piscine Neuropathy and
Whirling Disease [1].
Etiologi/
penyebab: Betanodavirus [1]. Virus ini berbentuk spheris, tidak beramplop,
dengan 2 segmen ssRNA. Terdapat empat genotype virus antara lain striped jack
nervous necrosis virus (SJNNV), tiger puffer nervous necrosis virus (TPNNV),
redspotted grouper nervous necrosis virus (RGNNV), and barfin flounder nervous
necrosis virus (BFNNV). RGNNV merupakan virus yang kerap terisolasi dan
menimbulkan dampak kerugian ekonomi pada budidaya ikan laut [2].
Hospes:
Ikan kerapu yang rentan penyakit ini antara lain: Epinephelus akaara, E.
coioides, E. tauvina, E. fuscoguttatus, E. septemfasciatus, E. malabaricus, E.
bruneus dan Cromileptes altivelis [1]. Disamping ikan kerapu, VNN
juga menyerang ikan laut jenis lainnya.
Stadium rentan : semua stadium pertumbuhan ikan dapat
terserang, namun larva usia kurang dari 20 hari lebih rentan [1]. Pada E.coioides,
stadium rentan oleh VNN adalah larva
dan post larva. Sedangkan menurut Fukuda et al (1996), E. septemfasciatus dapat terserang
penyakit ini dari larva hingga ukuran konsumsi [6]. Infeksi pada ikan dewasa pernah dilaporkan pada European Seabass, Chromileptes altivelis, Atrlantic halibut [9].
Epizootiologi
Outbreak pertama dari penyakit ini
dilaporkan di hatcheri pada larva dan juvenil Japanese parrotfish (Oplegnathus
fasciatus) tahun 1990. Di Filipina, laporan pertama infeksi VNN ditemukan
pada indukan dan larva orange spotted grouper (Epinephelus coioides)
dimana mortalitasnya mencapai 100% dalam 10 hari [4]. Virus ini tidak pernah dilaporkan di Amerika Selatan. Kasus ini terdeteksi di kawasan Asia, Eropa, Amerika bagian utara [9].
Penularan/ Transmisi:
Pada ikan budidaya virus ini
dapat menyebar secara horizontal maupun vertikal [4]. Virus ini dapat menyebar
melalui air dan menimbulkan gejala klinis 4 hari pasca kontak dengan ikan
sakit. Indukan dapat menjadi reservoir bagi virus ini sekaligus menjadi sumber
penularan untuk larva [1]. Hal terpenting dari penularan secara horizontal adalah
adanya infeksi subklinis. Ikan-ikan sisa (trash fish) dan ikan tangkapan
yang telah terinfeksi virus ini berpotensi untuk menyebarkan penyakit pada
populasi yang lebih luas. Penyebaran secara horizontal juga dapat melalui pakan
yang terkontaminasi. Pakan alami seperti krustacea termasuk nauplii artemia, copepod,
dan udang. Ikan pelagic dan ikan yang kerap bermigrasi seperti greater
amberjack (Seriola dumerili), Japanese scad (Decapterus maruadsi)
dan Japanese jack mackerel (Trachurus japonicus) berpotensi sebagai vector
untuk menularkan betanodaviruses ke area yang lebih luas. Di Jepang, telah
diobservasi bahwa cumi-cumi (Todarodes pacificus) yang digunakan sebagai
pakan dalam budidaya terinfeksi secara subklinis oleh betanodavirus [4]. Pada
sevenband grouper memiliki indikasi penularan melalui pernasal [6].
Faktor
Predisposisi/ Faktor pendukung
Suhu
sangat berpengaruh terhadap kejadian outbreak VNN. Sudah teramati secara luas
bahwa kematian tinggi VNN biasanya terjadi pada musim panas. Suhu pemeliharaan
yang rendah akan menunda terjadinya outbreak VNN [3]. Virulensi virus menurun
seiring dengan menurunnya suhu air. Penyakit ini akan menjadi lebih berat
apabila terjadi fluktuasi suhu harian, terutama suhu tinggi. Fluktuasi suhu akan mempengaruhi mekanisme
pertahanan ikan terhadap virus [8].
Gejala
Klinis
Ikan
dengan penyakit ini menunjukkan gejala berenang dengan cepat membentuk gerakan
tutup botol/ whirling. Beberapa ikan tenggelam di dasar kemudian mengapung ke
permukaan. Juvenil dan indukan menunjukkan perut yang kembung [1]. Kembungnya perut disebabkan oleh pembengkakan gelembung renang [9]. Ikan yang sakit
juga menunjukkan gejala letargi, perubahan warna menjadi pucat, dan kehilangan
nafsu makan [1]. Infeksi secara hiperakut berupa kematian tinggi tanpa gejala
klinis [5]. Gejala klinis biasanya terlihat pada ikan stadia larva dan juvenil. Ikan yang terinfeksi pada usia 2-4 bulan akan menyebabkan ikan diam di dasar jaring. Sedangkan ikan usia lebih dari 4 bulan akan mengambang di atas pernukaan air disertai pembengkakan gelembung renang [9]
Perubahan
patologi
Perubahan secara makroskopis
pada ikan yang terserang VNN adalah hati yang pucat, saluran cerna dan usus
terisi cairan kehijauan-kecoklatan [1]. Hiperemia bagian cranial dapat teramati
[5]. Virus ini melakukan
perbanyakan di otak, mata, dan distal spinal cord, membentuk vakuolisasi
sehingga menyebabkan vacuolating encephalopathy dan retinopathy. Virus ini juga
bermultiplikasi di hati, gonad, ginjal, lambung, dan usus [1]. Disamping
vakuolisasi sel-sel ini menunjukkan piknosis dan karioreksis. Penyakit ini
sangat berkaitan dengan gambaran nekrosis pada sistem syaraf [5]. Di mata terutama di retina, sel bipolar dan ganglion menunjukkan vakuolisasi dan ditemukan adanya gliosis pada sistem syaraf pusat [9].
Patogenesitas
Genotipe RGNNV sangat patogen
untuk ikan kerapu, namun tidak untuk ikan jenis lainnya [6]. Patogenesitas
virus ini sangat dipengaruhi oleh temperature [1]. Pada satu studi RGNNV pada
red spotted grouper menunjukkan bahwa suhu air (16 – 28oC)
mempengaruhi perkembangan penyakit VNN pada spesies ini. Begitupula dengan
seven band grouper dimana kematian tertinggi dan keberadaan penyakit ini
teramati pada suhu yang lebih tinggi.
Namun demikian suhu yang tinggi, lebih dari 31oC menghambat
proliferasi RGNNV pada humpback grouper [6]. Studi yang dilakukan oleh Tanaka et
al (1995) pada ikan kerapu E. septemfasciatus, ikan yang bertahan
dari infeksi dan mengalami proses penyembuhan tidak terdeteksi antigen virus
baik di otak maupun mata. Antigen virus ini lebih banyak terdeteksi pada ikan
(50 hari pasca infeksi) pada suhu 16oC. Hal ini mengindikasikan ikan mampu bertahan
atau virus bermultiplikasi secara lambat pada suhu rendah [8].
Metode
Diagnosa
Gejala klinis seperti gerakan
berputar, spiral, dan peradangan gelembung renang dapat menjadi rujukan diagnosa. Diagnosa juga dapat dilakukan dengan melihat
keberadaan vakuola dan nekrosis pada retina mata, otak, dan spinal cord.
Melalui mikroskop electron sejumlah virus dapat terlihat di dalam sitoplasma
dari sel syaraf. Isolasi virus secara in vitro dapat dilakukan pada beberap
cell line untuk melihat CPE (cytopathic Effect) nya. Metode imunologi seperti
ELISA dan IFAT dengan serum kelinci anti VNN dapat mendeteksi penyakit
ini. RT-PCR merupakan metode paling
akurat untuk mendeteksi virus ini. Metode ini penting untuk mendeteksi virus
pada ikan yang terinfeksi secara subklinis dengan jumlah virus yang rendah [1]. Diagnosa menggunakan imunohistokimia menunjukkansel imunopositif dan kesukaan virus pada sel saraf [9].
Diagnosa
Banding
-
Pencegahan
dan Pengendalian
Skrining
indukan sebelum dan sesudah pemijahan untuk VNN dengan PCR sangatlah penting.
Hanya indukan yang negatif VNN yang dipijahkan. Hal ini juga disertai dengan
disinfeksi telur yang dibuahi dengan ozon atau iodin. Manajemen hatcheri sangat
penting dalam manajemen infeksi VNN [1].Penggunaan ikan rucah sebagai pakan
bagi indukan sebaiknya mulai dialihkan ke pellet. Guna mengurangi kontaminasi
melalui pakan, sangat direkomendasikan untuk mebang bagian kepala ikan rucah
sebab virus ini banyak terkonsentrasi di sistem syaraf [4]. Vaksinasi menjadi
salah satu metode paling menjanjikan untuk mencegah VNN pada ikan kerapu [1]. Banyak jenis vaksin VNN yang telah dikembangkan. Namun demikian vaksinasi pada juvenil dan larva masih sulit dilakukan sebab sistem imun yang belum berkembang dan metode penyuntikan yang belum praktis untuk diterapkan pada ikan dengan ukuran yang relatif kecil, Vaksinasi secara oral dapat dilakukan untuk larva misalnya dengan enkapsulasi artemia yang diberikan secara oral [9]
Referensi
[1] Nagasawa, K. dan Lacierda,
E.R.C. 2004. Disease of Cultured Groupers. Southeast Asian Fisheries
Development Center: Iloilo
[2] Pakingking, R.J., Norwell
Brian Bautista, Evelyn Grace de Jesus-Ayson, Ofelia Reyes.2009. Protective Immunity
Against Viral Nervous Necrosis (VNN) in Brown-Marbled Grouper (Epinephelus
fuscogutattus) Following Vaccination With Inactivated Betanodavirus. doi:10.1016/j.fsi.2009.12.004
[3] Harikrishnan, R., Chellam
Balasundaram, Moon-Soo Heo. 2010. Molecular Studies, Disease Status and Prophylactic
Measures in Grouper Aquaculture: Economic Importance, Diseases and Immunology.
doi:10.1016/j.aquaculture.2010.09.011
[4].
Peña, L.D.dl., V. S. Suarnaba, G. C.
Capulos, M. N. M. Santos. 2011. Prevalence of Viral Nervous Necrosis (VNN) Virus
in Wild-Caught and Trash Fish in The Philippines. Bull. Eur. Ass. Fish
Pathol., 31(4) 2011, 129
[5].
Martinez, D.J. 2015. Epidemiology and Pathogenesis of Nervous Necrosis Virus.
Thesis, Farm Animal and Veterinary Public Health, Faculty of Veterinary Science
The University of Sydney
[6]
Woo, P.T.K., John F. Leatherland, David W. Bruno. 2000. Fish Disease and
Disorder 2nd Ed. CABI: UK
[7]
Fukuda.Y., H.D. Nguyen., M.Furuhashi., T. Nakai. 1996. Mass Mortality of Cultured Sevenband Grouper,
Epinephelus septemfasciatus, Associated with Viral Nervous Necrosis . Fish
Pathology 31 (3), 165-170
[8].
Tanaka, S., Hideo Aoki, Toshihiro Nakai. 1995. Pathogenicity of the Nodavirus
Detected from Diseased Sevenband Grouper Epinephelus septemfasciatus. Fish
Pathology,33(1),31-36,1998.3
[9]. Andriyani, W.M. dan Nuryati, S. 2013. VNN Distribusi, Diagnosis, dan Pengendalian. INFHEM volume 3 no 3 April 2013
No comments:
Post a Comment