-->

atas

    Tuesday 28 June 2016

    Viral Nervous Necrosis pada Ikan Kerapu

    Nama Lain:  Viral Encephalopathy and Retinopathy (VER), Viral Vacuolating Encephalopathy and Retinopathy, Paralytic Syndrome, Spinning Grouper Disease, Fish Encephalitis, Piscine Neuropathy and Whirling Disease [1].

    Etiologi/ penyebab: Betanodavirus [1]. Virus ini berbentuk spheris, tidak beramplop, dengan 2 segmen ssRNA. Terdapat empat genotype virus antara lain striped jack nervous necrosis virus (SJNNV), tiger puffer nervous necrosis virus (TPNNV), redspotted grouper nervous necrosis virus (RGNNV), and barfin flounder nervous necrosis virus (BFNNV). RGNNV merupakan virus yang kerap terisolasi dan menimbulkan dampak kerugian ekonomi pada budidaya ikan laut [2].

    Hospes: Ikan kerapu yang rentan penyakit ini antara lain: Epinephelus akaara, E. coioides, E. tauvina, E. fuscoguttatus, E. septemfasciatus, E. malabaricus, E. bruneus dan Cromileptes altivelis [1]. Disamping ikan kerapu, VNN juga menyerang ikan laut jenis lainnya. 

    Stadium rentan : semua stadium pertumbuhan ikan dapat terserang, namun larva usia kurang dari 20 hari lebih rentan [1]. Pada E.coioides,  stadium rentan oleh VNN adalah larva dan post larva. Sedangkan menurut Fukuda et al (1996),  E. septemfasciatus dapat terserang penyakit ini dari larva hingga ukuran konsumsi [6]. Infeksi pada ikan dewasa pernah dilaporkan pada European Seabass, Chromileptes altivelis, Atrlantic halibut [9].


    Epizootiologi
    Outbreak pertama dari penyakit ini dilaporkan di hatcheri pada larva dan juvenil Japanese parrotfish (Oplegnathus fasciatus) tahun 1990. Di Filipina, laporan pertama infeksi VNN ditemukan pada indukan dan larva orange spotted grouper (Epinephelus coioides) dimana mortalitasnya mencapai 100% dalam 10 hari [4]. Virus ini tidak pernah dilaporkan di Amerika Selatan. Kasus ini terdeteksi di kawasan Asia, Eropa, Amerika bagian utara [9]. 

    Penularan/ Transmisi:
    Pada ikan budidaya virus ini dapat menyebar secara horizontal maupun vertikal [4]. Virus ini dapat menyebar melalui air dan menimbulkan gejala klinis 4 hari pasca kontak dengan ikan sakit. Indukan dapat menjadi reservoir bagi virus ini sekaligus menjadi sumber penularan untuk larva [1]. Hal terpenting dari penularan secara horizontal adalah adanya infeksi subklinis. Ikan-ikan sisa (trash fish) dan ikan tangkapan yang telah terinfeksi virus ini berpotensi untuk menyebarkan penyakit pada populasi yang lebih luas. Penyebaran secara horizontal juga dapat melalui pakan yang terkontaminasi. Pakan alami seperti krustacea termasuk nauplii artemia, copepod, dan udang. Ikan pelagic dan ikan yang kerap bermigrasi seperti greater amberjack (Seriola dumerili), Japanese scad (Decapterus maruadsi) dan Japanese jack mackerel (Trachurus japonicus) berpotensi sebagai vector untuk menularkan betanodaviruses ke area yang lebih luas. Di Jepang, telah diobservasi bahwa cumi-cumi (Todarodes pacificus) yang digunakan sebagai pakan dalam budidaya terinfeksi secara subklinis oleh betanodavirus [4]. Pada sevenband grouper memiliki indikasi penularan melalui pernasal [6].


    Faktor Predisposisi/ Faktor pendukung
    Suhu sangat berpengaruh terhadap kejadian outbreak VNN. Sudah teramati secara luas bahwa kematian tinggi VNN biasanya terjadi pada musim panas. Suhu pemeliharaan yang rendah akan menunda terjadinya outbreak VNN [3]. Virulensi virus menurun seiring dengan menurunnya suhu air. Penyakit ini akan menjadi lebih berat apabila terjadi fluktuasi suhu harian, terutama suhu tinggi.  Fluktuasi suhu akan mempengaruhi mekanisme pertahanan ikan terhadap virus [8].

    Gejala Klinis
    Ikan dengan penyakit ini menunjukkan gejala berenang dengan cepat membentuk gerakan tutup botol/ whirling. Beberapa ikan tenggelam di dasar kemudian mengapung ke permukaan. Juvenil dan indukan menunjukkan perut yang kembung [1]. Kembungnya perut disebabkan oleh pembengkakan gelembung renang [9]. Ikan yang sakit juga menunjukkan gejala letargi, perubahan warna menjadi pucat, dan kehilangan nafsu makan [1]. Infeksi secara hiperakut berupa kematian tinggi tanpa gejala klinis [5]. Gejala klinis biasanya terlihat pada ikan stadia larva  dan juvenil. Ikan yang terinfeksi pada usia 2-4 bulan akan menyebabkan ikan diam di dasar jaring. Sedangkan ikan usia lebih dari 4 bulan akan mengambang di atas pernukaan air disertai pembengkakan gelembung renang [9]

    Perubahan patologi
    Perubahan secara makroskopis pada ikan yang terserang VNN adalah hati yang pucat, saluran cerna dan usus terisi cairan kehijauan-kecoklatan [1]. Hiperemia bagian cranial dapat teramati [5]. Virus ini melakukan perbanyakan di otak, mata, dan distal spinal cord, membentuk vakuolisasi sehingga menyebabkan vacuolating encephalopathy dan retinopathy. Virus ini juga bermultiplikasi di hati, gonad, ginjal, lambung, dan usus [1]. Disamping vakuolisasi sel-sel ini menunjukkan piknosis dan karioreksis. Penyakit ini sangat berkaitan dengan gambaran nekrosis pada sistem syaraf [5]. Di mata terutama di retina, sel bipolar dan ganglion menunjukkan vakuolisasi dan ditemukan adanya gliosis pada sistem syaraf pusat [9].

    Patogenesitas
    Genotipe RGNNV sangat patogen untuk ikan kerapu, namun tidak untuk ikan jenis lainnya [6]. Patogenesitas virus ini sangat dipengaruhi oleh temperature [1]. Pada satu studi RGNNV pada red spotted grouper menunjukkan bahwa suhu air (16 – 28oC) mempengaruhi perkembangan penyakit VNN pada spesies ini. Begitupula dengan seven band grouper dimana kematian tertinggi dan keberadaan penyakit ini teramati pada suhu yang lebih tinggi.  Namun demikian suhu yang tinggi, lebih dari 31oC menghambat proliferasi RGNNV pada humpback grouper [6]. Studi yang dilakukan oleh Tanaka et al (1995) pada ikan kerapu E. septemfasciatus, ikan yang bertahan dari infeksi dan mengalami proses penyembuhan tidak terdeteksi antigen virus baik di otak maupun mata. Antigen virus ini lebih banyak terdeteksi pada ikan (50 hari pasca infeksi) pada suhu 16oC.  Hal ini mengindikasikan ikan mampu bertahan atau virus bermultiplikasi secara lambat pada suhu rendah [8].

    Metode Diagnosa
    Gejala klinis seperti gerakan berputar, spiral, dan peradangan gelembung renang dapat menjadi rujukan diagnosa.  Diagnosa juga dapat dilakukan dengan melihat keberadaan vakuola dan nekrosis pada retina mata, otak, dan spinal cord. Melalui mikroskop electron sejumlah virus dapat terlihat di dalam sitoplasma dari sel syaraf. Isolasi virus secara in vitro dapat dilakukan pada beberap cell line untuk melihat CPE (cytopathic Effect) nya. Metode imunologi seperti ELISA dan IFAT dengan serum kelinci anti VNN dapat mendeteksi penyakit ini.  RT-PCR merupakan metode paling akurat untuk mendeteksi virus ini. Metode ini penting untuk mendeteksi virus pada ikan yang terinfeksi secara subklinis dengan jumlah virus yang rendah [1]. Diagnosa menggunakan imunohistokimia menunjukkansel imunopositif dan kesukaan virus pada sel saraf [9]. 

    Diagnosa Banding
    -

    Pencegahan dan Pengendalian
    Skrining indukan sebelum dan sesudah pemijahan untuk VNN dengan PCR sangatlah penting. Hanya indukan yang negatif VNN yang dipijahkan. Hal ini juga disertai dengan disinfeksi telur yang dibuahi dengan ozon atau iodin. Manajemen hatcheri sangat penting dalam manajemen infeksi VNN [1].Penggunaan ikan rucah sebagai pakan bagi indukan sebaiknya mulai dialihkan ke pellet. Guna mengurangi kontaminasi melalui pakan, sangat direkomendasikan untuk mebang bagian kepala ikan rucah sebab virus ini banyak terkonsentrasi di sistem syaraf [4]. Vaksinasi menjadi salah satu metode paling menjanjikan untuk mencegah VNN pada ikan kerapu [1]. Banyak jenis vaksin VNN yang telah dikembangkan. Namun demikian vaksinasi pada juvenil dan larva masih sulit dilakukan sebab sistem imun yang belum berkembang dan metode penyuntikan yang belum praktis untuk diterapkan pada ikan dengan ukuran yang relatif kecil, Vaksinasi secara oral dapat dilakukan untuk larva misalnya dengan enkapsulasi artemia yang diberikan secara oral [9]

    Referensi
    [1] Nagasawa, K. dan Lacierda, E.R.C. 2004. Disease of Cultured Groupers. Southeast Asian Fisheries Development Center: Iloilo
    [2] Pakingking, R.J., Norwell Brian Bautista, Evelyn Grace de Jesus-Ayson, Ofelia Reyes.2009. Protective Immunity Against Viral Nervous Necrosis (VNN) in Brown-Marbled Grouper (Epinephelus fuscogutattus) Following Vaccination With Inactivated Betanodavirus. doi:10.1016/j.fsi.2009.12.004
    [3] Harikrishnan, R., Chellam Balasundaram, Moon-Soo Heo. 2010. Molecular Studies, Disease Status and Prophylactic Measures in Grouper Aquaculture: Economic Importance, Diseases and Immunology. doi:10.1016/j.aquaculture.2010.09.011
    [4]. Peña, L.D.dl.,  V. S. Suarnaba, G. C. Capulos, M. N. M. Santos. 2011. Prevalence of Viral Nervous Necrosis (VNN) Virus in Wild-Caught and Trash Fish in The Philippines. Bull. Eur. Ass. Fish Pathol., 31(4) 2011, 129
    [5]. Martinez, D.J. 2015. Epidemiology and Pathogenesis of Nervous Necrosis Virus. Thesis, Farm Animal and Veterinary Public Health, Faculty of Veterinary Science The University of Sydney
    [6] Woo, P.T.K., John F. Leatherland, David W. Bruno. 2000. Fish Disease and Disorder 2nd Ed. CABI: UK
    [7] Fukuda.Y., H.D. Nguyen., M.Furuhashi., T. Nakai. 1996.  Mass Mortality of Cultured Sevenband Grouper, Epinephelus septemfasciatus, Associated with Viral Nervous Necrosis . Fish Pathology 31 (3), 165-170
    [8]. Tanaka, S., Hideo Aoki, Toshihiro Nakai. 1995. Pathogenicity of the Nodavirus Detected from Diseased Sevenband Grouper Epinephelus septemfasciatus. Fish Pathology,33(1),31-36,1998.3
    [9]. Andriyani, W.M. dan Nuryati, S. 2013. VNN Distribusi, Diagnosis, dan Pengendalian. INFHEM volume 3 no 3 April 2013


    No comments:

    Post a Comment