-->

atas

    Tuesday 28 May 2019

    Streptococcosis


    Nama lain: Red Boil Disease [5]

    Hospes : Ikan air tawar dan air laut. Ikan laut seperti kakap dan kerapu, serta ikan tawar seperti nila, gurami, turbot, cichlid rentan terhadap infeksi streptococcus [1]

    Etiologi/ penyebab: Stretococcus iniae, S. agalactiae, Streptococcus sp. [1,3]. Streptococcus iniae berukuran 0,3-0,5ยตm, gram positif, anaerobic facultative, dan berantai. Pada penyakit streptococcosis, kebanyakan yang terisolasi adalah S. iniae, namun tidak menutup bakteri lain seperti S. agalactiae, S. dysgalactiae, E.seriolicida/L. garvieae, L. piscium dan Vagococcus salmoninarum [5]


    Epizootiologi
    Pertama kali streptococcosis tercatat oleh Hoshima et al (1958) pada budidaya rainbow trout di Jepang. Lalu dilaporkan pada ikan air tawar di Amerika Serikat pada ikan golden shiner (Notemigonus rysoleucas) dan pada ikan air laut seperti striped mullet, menhaden (Brevoortia atronus), sea catfish (Arius felis), pinkfish (Lagodon rhomboides), Atlantic croaker (Micropogon undulatus), spot (Leiostomus xanthurus), stingray (Dasyatis sp.) dan silver trout (Cynoscion nothus) [5]. Streptococcus iniae diketahui menimbulkan permasalahn budidaya pada akhir tahun 1990 hingga 2000an. Streptococcus agalactiae menjadi pathogen pada ikan nila di kawasan Asia, Amerika selatan dan latin [4]. Di Indonesia, penyakit  streptococcosis ditemukan hampir di seluruh kawasan budidaya di pulau jawa. Penyakit ini juga ditemukan di danau Maninjau dan Danau Toba di Sumatera serta di Kalimantan selatan. Besarnya kerugian dari penyakit ini bergantung pada kondisi lingkungan. Biasanya tingkat kematian dapat mencapai 20-30% dari populasi [1]. Bakteri ini dapat ditularkan melalui perantara ikan yang menjadi sumber infeksi. Penularannya secara horizontal. Disamping melalui air, perlakuan pemberian pakan ikan yang sakit juga berpotensi menyebabkan infeksi pada ikan sehat. Penularan secara vertical pada infeksi Streptococcus juga sangat dimungkinkan [4].

    Faktor pendukung
    Faktor lingkungan seperti padat tebar yang tinggi, tehnik budidaya yang buruk, fluktuasi suhu, tingginya kadar ammonia, DO, pH (>8), salinitas, dan adanya infestasi ektoparasit dapat menimbulkan perubahan patofisiologi dan memicu infeksi Streptococcosis [4]

    Gejala Klinis
    Gejala klinis infeksi streptococcus cukup bervariasi antar spesies. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala klinis warna tubuh menjadi lebih hitam, badan kurus dengan perut melengkung ke atas (curving), mata menonjol dengan warna keputih-putihan (opaque) baik unilateral maupun bilateral, serta berenang berputar-putar [1,3]. Lesi hemoragi kerap teramati pada operculum dan dasar insang. Lesinya lebih ke bagian superficial dibandingkan infeksi pada furunculosis dan vibriosis [3]. Pada infeksi S. agalactiae, pengamatan postmortem teramati cairan penuh darah pada rongga abdomen, limpa merah dan membengkak, hati memucat dan besar, juga teramati peradangan hati dan ginjal. Pada beberapa kasus gejala klinis Streptoccosis tidak begitu mencolok [4].

    Gb. eksopthalmia bilateral pada infeksi S. iniae (pict. Suanyuk, et al)

    Perubahan patologi
    Pada organ dalam terdapat perubahan berupa hati yang pucat dengan bidang irisan rapuh. Bakteri ini menyerang pada jaringan pembuat darah (hematpoietik) dan otak, dimana koloni bakteri terdapat pada cairan otak. Dampak dari hal ini adalah gangguan berenang pada ikan [1]. Secara umum infeksi Streptoccus sp menimbulkan meningitis, polyserositis, splenitis, ovaritis, dan myocarditis [4]. Lesi encephalitis kerap ditemui pada infeksi Streptococcus iniae. Lesi berupa granulomatous ini meluas dari meninges hingga ventrikel dan lapisan granuler cerebellum [2]. Lesi umum infeksi Streptococcus  pada hati meliputi hilangnya struktur hati, nekrosis, peradangan eosinofilik granuler, dan kongesti. Pada limpa, infeksi S. agalactiae menimbulkan peradangan sel mononuclear dengan granuloma, degenerasi pulpa merah, dan hemosiderosis. Infeksi pada mata menimbulkan gangguan dan pemisahan serabut lenticular, pembentukan vakuola, atau proliferasi fibroblast pada korteks lenticular. Bakteri juga dapat teramati pada kornea, jaringan adipose orbital dan otot oculomotor. Baik S. iniae maupun S.agalactiae menimbulkan pericarditis, epicarditis, myocarditis, endocarditis, dan meningitis [4].

    Gb. HIpereaktif pankreas pada infeksi streptococcus (Pict. Ha Than Dong)


    Metode Diagnosa
    Bakteri ini mudah diamati menggunakan meda TSA yang diperkaya dengan 0,5% glukosa dan BHIA [3]. Pemeriksaan secara molekuler dapat menggunakan PCR dan LAMP[4]. Diagnosa secara histologi dapat teramati adanya granulomatous meningoencephalitis [6].

    Status Zoonosis
    Bakteri ini berpotensi zoonosis [4]. Infeksi berkaitan dengan abrasi kulit atau tusukan saat menghandle ikan laut. Gejala klinis infeksi streptococcus pada manusia antara lain ulcer kulit, cellulitis, arthritis, septicaemia, meningitis [6].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Pengobatan yang ideal adalah dengan antibiotik. Umumnya erythromycin 25-50mg/kg BB selama 4-7 hari dapat digunakan [3]. Antibiotik lain seperti amoxicillin, oxytetrasiklin, enrofloxacin, dll dapat digunakan namun keberhasilannya bervariasi [6]. Namun oleh karena pembatasan penggunaan antibiotik maka pencegahan menjadi pilihan utama dalam pengendalian penyakit ini. Aplikasi vaksin dapat melalui oral maupun suntik [1]. Upaya pencegahan dari infeksi streptococcus adalah menghindari terlalu padat, pakan berlebih, dan proses transportasi serta handle yang tidak sesuai. Ikan yang mati sebaiknya diambil untuk dieradikasi [3]. Beberapa jenis probiotik telah diujicobakan mampu meningkatkan kelangsungan hidup pada ikan yang terinfeksi Streptococcus [4]

    Referensi
    1. Supriyadi, H. 2013. Streptococcosis pada Ikan Nila. Majalah INFHEM volume 2 no.2 Januari 2013.
    2. Fergusson, F.W. (ed). 2006. Systemic Pathology of Fish A Text and Atlas of Normal Tissues in Teleosts and their Responses in Disease. Scotian Press: UK
    3. Lio-Po, G.D., C.R. Lavilla E.R. Cruz-Lacierda (Ed). 2001. Health Management in Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department: Iloilo
    4. Woo, P.T.K. dan Cipriano, R.C. 2017. Fish Viruses and Bacteria: Pathobiology and Protection. CAB International: UK
    5. Woo, P.T.K dan Bruno, D.W (Ed). 2011. Fish Diseases and Disorders, Volume 3: Viral, Bacterial and Fungal Infections 2nd Edition. CABi: UK
    6. Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing











    No comments:

    Post a Comment