-->

atas

    Saturday 24 November 2018

    Penyakit Udang kapas

    Nama lain: 
    Cotton shrimp disease, microsporidiasis, penyakit udang susu [1,2], nosema disease, milk shrimp disease [4], chalky white prawns [6], mikrosporidiasis pada udang [7], white back shrimp [8].

    Etiologi/ penyebab
    Protozoa Nosema (Ameson), Thelohania (Agmasoma), Pleistophora.sp (Plistophora) [1, 4].
    Hospes 
    semua jenis udang penaeid [2]. Mikrosporidia ini banyak dilaporkan menyerang juga pada udang penaeid liar [4]. Infeksi pada Penaeus merguensis  lebih serius dibandingkan dengan spesies penaeid lainnya. Sedangkan pada P. monodon  yang dibudidayakan kejadiannya cukup jarang [9].


    Stadium rentan
    induk [1], juvenil-dewasa [8].
    Epizootiologi
    Penyakit udang kapas ini menyebar di perairan pantai Eropa, laut dalam Eropa, Afrika Utara, Amerika, dan teluk Meksiko [7]. Penyakit ini memiliki patogenesitas rendah dan prevalensi tidak lebih dari 5% dalam satu tambak [2]. Meskipun demikian, dampaknya secaera ekonomi lebih terasa karena udang yang terinfeksi tidak dapat dipasarkan dan induk yang menjadi steril [4]. Infeksi oleh mkrosporidia ini disebarkan secara horizontal [5], melalui predasi, ingesti, atau karier hospes lainnya [7] atau ingesti spora dalam feses ikan yang terinfeksi [8].

    Faktor pendukung
    Tidak banyak diketahui, namun insidensi tertinggi di alam terdapat pada area tempat berlindung udang (tidak banyak arus). Udang yang dibudidayakan dibawah kondisi normal juga dapat menunjukkan insidensi tinggi [7].
    Siklus hidup
    Parasit ini membutuhkan hospes intermediet berupa predator udang (ikan) untuk melengkapi siklus hidupnya [4].
    Gb. Siklus Hidup protozoa penyebab udang kapas


    Fase diawali dengan ingesti spora oleh udang yang berasal dari feses udang (5). Dalam tubuh udang, spora akan menekan dan masuk ke dalam dinding lambung dan menjadi stadium infektif yang masuk ke dalam sel tubuh lalu membagi menjadi skizon. Skizon lalu terbagi menjadi spora. Spora akan menuju lokasi utama untuk menginfeksi (1). Spora baru akan dikeluarkan ketika udang masih hidup atau sudah mati (2). Spora inilah yang akan masuk ke dalam tubuh ikan (3) lalu keluar melalui feses (4). Infeksi langsung udang menggunakan udang yang terinfeksi tidaklah berhasil (6) [11]




    Gejala Klinis
    Bagian tubuh udang berwarna putih susu dan lebih lunak [2]. Adapula yang mengatakan bahwa otot udang terlihat seperti udang rebus. Pada udang yang terinfeksi berat, eksoskeleton berwarna hitam kebiruan (akibat perluasan melanofora ) dan teramati bentukan putih seperti tumor yang membesar pada insang, eksoskeleton (kutikula dan subkutikula), dan appendages [3, 4]. Perubahan warna biru kehitaman ini dapat disebabkan oleh spesies Pleistophora [7]. Spora yang berwarna putih menyebar di bagian daging/ otot. Nafsu makan menurun, lamban, mudah dimangsa predator, mudah mati setelah penanganan [2]. Udang yang terinfeksi berat juga memiliki ukuran yang lebih kecil diantara udang yang lain [12]. Hanya Agmasoma penaei yang dilaporkan menginfeksi gonad, jantung, hemolim, insang, midgut dan hepatopankreas. Infeksinya menyebabkan gonad membesar berwarna putih opaque [4].

    Perubahan patologi
    Penyakit ini biasanya menyerang gonad dan daging lunak [1]. Otot yang terinfeksi dapat memperlihatkan berbagai stadium protozoa [7]. Pada otot, Thelohania menyebabkan perubahan warna putih seperti kapur dan segmen abdomen mengalami nekrosis. Preparat squash dari udang ini biasanya menunjukkan denaturasi myofibril dan kehilangan struktur seluler serta terlihat banyak spora [5]

    Metode Diagnosa
    Diagnosa dapat dilakukan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis. Pengamatan mikroskopis dengan preparat ulas untuk melihat microsporidia dari organ yang terinfeksi. Pengamatan lebih detail dapat menggunakan pewarna spesifik [2]. Pada pengamatan terlihat massa dengan spora refraktif berukuran ~1-8um. Ukuran spesifik spora tiap spesies terdapat pada tabel. Pemeriksaan lain menggunakan metode HE, TEM, PCR, juga dapat membantu diagnosa [4]

    Pencegahan dan Pengendalian
    Tindakan pengendalian dilakukan dengan perbaikan kualitas air dan menghindari muatan bahan organic dalam air [1]. Menghindari pemberian pakan rucah yang terinfeksi, serta disinfeksi dan pengeringan dasar tambak untuk mengendalikan munculnya penyakit [2]. Udang yang terinfeksi sebaiknya dimusnahkan dan dikubur dengan perlakuan pengapuran . Setelah tambak dikosongkan, dilanjutkan dengan pengeringan untuk membunuh spora mikrosporidia [3]. Oleh karena penyakit ini membutuhkan ikan sebagai hospes intermediet, maka pemusnahan ikan (liar) akan membantu mengurangi insidensi [9]. Perlu diperhatikan juga untuk indukan yang terinfeksi agar tidak turut membantu penyebaran alami parasit ini [12]

    Acuan
    [1]. Arifin, Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010.  Waspadai Penyakit pada Budidaya Ikan dan Udang Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau: Jepara.

    [2].Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
    3. Alavandi, S.V.,Vijayan, K.K., Rajendran, K.V. 1995. Shrimp Disease, Their Prevention and Control. Central Institute of Brackishwater Aquaculture: Madras paint

    4. Lightner, D.V (Ed). 1996. A Handbook of Shrimp Pathlogy and Diagnostic Procedures For Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society

    5. Lipton, P.A. 5. Shrimp Disease and Control dalam Raj, S.P., Shrimp Farming Techniques, Problems and Solution. Palani Paramount Publication: Palani
    6. Ramasamy, P., Jayakumar, R., Brennan, G.P. 2000. Muscle Degeneration Associated with Cotton Shrimp Disease of Penaeus Indicus. Journal of Fish Disease 23, 77-81

    7. Sindermann, C.J (Ed). 1985. Milk or Cotton Disease of Shrimp. INTERNATIONAL COUNCIL FOR THE EXPLORATION OF THE SEA Leaflet  no 28
    8. Alaya de Graindrage, V. dan Flegel, T.W. 1999. Diagnosis of shrimp diseases, with emphasis on the black tiger shrimp (Penaeus monodon). FAO: Roma

    9. Flegel, T.W. 2007. Shrimp Biology and Pathology: Bacteria, Fungi, Parasites. Centex Shrimp: Bangkok, presentation
    10. University of Arizona. 2012. Common Parasite of Cultured Penaeid Shrimp. UAZ: Arizona, Shrimp pathology course handout

    11. Johnson, S.K. 1995. Handbook of Shrimp Disease.  Texas A&M University

    12. Brock, J.A. dan Main, K.L. 1994. A Guide to The Common Problems and Diseases of Cultured Penaeus vannamei. The Oceanic Institute: Honolulu




























    No comments:

    Post a Comment