-->

atas

    Thursday 26 October 2017

    Pemeriksaan klinis pada udang - bagian 1


    Pemeriksaan klinis merupakan suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan indikator suatu agen penyakit berdasarkan gejala klinis.

    Pada dasarnya penentuan diagnosa penyakit pada udang sulit ditegakkan sebab ada banyak sekali faktor yang berpengaruh dan menimbulkan kebingungan/ keambiguan. Munculnya infeksi ganda atau infeksi campuran disertai dengan pengaruh dari faktor lingkungan menambah sulitnya diagnosa dari pemeriksaan klinis. Tingkat eror atau kesalahan diagnosa  hanya dengan gejala klinis saja sangatlah tinggi. Namun demikian pemeriksaan klinis yang tepat akan sangat membantu menggiring diagnosa pada pengujian histopatologi atau pengujian lainnya. Berikut ini adalah pengamatan dan pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan pada udang.

    A. Uji di akuarium

                    Cara ini dilakukan dengan meletakkan udang yang memiliki gejala klinis ke dalam akuarium yang bersih, beraerasi, dan memiliki salinitas yang sama dengan tempat pemeliharaan udang sebelumnya. Kemudian tunggu respon dari udang. Apabila dalam waktu sekitar 2 jam udang kembali normal (gejala klinis hilang) dapat diduga kemungkinan faktor penyebabnya adalah kualitas lingkungan budidaya yang buruk.

    B. Pengamatan perilaku

                    Perilaku atau behavior merupakan salah satu bentuk pengamatan gejala klinis yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya stress atau penyakit. Perubahan perilaku udang paling mudah diamati oleh pekerja atau operator ditambak. Perubahan perilaku yang dapat diamati antara lain perilaku makan, berenang, dan udang yang berkumpul di titik tertentu. Bahkan keberadaan predator juga dapat terlihat pada perubahan perilaku udang. Pada pengamatan perilaku ini sangat penting bagi pembudidaya untuk mengetahui terlebih dahulu sifat dasar, karakter, dan perilaku dari udang. Apabila diperlukan pencatatan perubahan perilaku udang juga dapat dilakukan. Berikut ini adalah perubahan perilaku dan indikasinya yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan pengamatan perilaku.


    Perilaku
    Indikasi
    “bersembunyi”
    Terdapat aktifitas predator seperti burung yang mengelilingi tambak atau ikan pemakan udang. “Bersembunyi” juga berkaitan dengan suhu air yang rendah.
    Aktifitas yang ‘tidak biasa” pada siang hari
    Normalnya udang aktif di malam hari dan berada di dasar pada malam hari
    Berenang dan berkumpul di dekat permukaan/tepian
    Berkaitan dengan letargi dimana terjadi perubahan pada kualitas air
    gangguan nafsu makan
    Terdapat permasalahan penyakit serius atau kualitas air yang buruk. 
    Lemah (letargi)
    Terjadi ketika kadar suhu atau DO rendah
    Molting massal
    DO rendah, perubahan suhu, paparan bahan kimia tertentu

     

    C. Pengamatan Fisik

    1. Perubahan warna tubuh

                    a. Kemerahan pada kaki/ tubuh
    Perubahan ini dapat disebabkan satu atau lebih agen patogen. Perubahan semacam ini tidak dapat dijadikan patokan untuk diagnose namun dapat digunakan untuk mengarahkan pengujian yang akan dilakukan selanjutnya. Banyak krustasea berwarna kemerahan akibat organisme tertentu atau paparan toksin terutama pada hepatopankreas. Warna merah yang mempengaruhi hepatopankreas disebabkan oleh pigmen karotenoid (kuning-oranye) yang secara normal tersimpan di dalam hepatopankreas.  Warna merah tidak spesifik mengarah ke penyakit tertentu. Pada larva gejala warna merah berkaitan dengan bakteri patogen. Sedangkan pada post larva dapat dikaitkan dengan patogen atau stress yang menyebabkan perluasan kromatofora (pigmen pada kutikula). Warna kemerahan pada tubuh udang juga kerap terjadi pada penyakit virus WSSV, TSV, GAV dan vibrio sistemik.
                    b. Bercak putih
    Munculnya bercak putih pada permukaan tubuh udang sering berkaitan dengan infeksi WSSV (White spot syndrome virus). Namun demikian, hal ini tidak selalu disebabkan oleh virus. Faktor lingkungan budidaya seperti pH dan konsentrasi  kalsium juga dapat menyebabkan perubahan serupa.

    Gb. Bercak putih pada udang (picture from http://business.mega.mu)

    c. Warna biru
    Perubahan warna ini dapat terjadi akibat manajemen lingkungan dimana udang hidup atau dari pigmen karotenoid hilang dari pakan.  Warna biru pada udang juga dapat disebabkan oleh adanya patogen seperti IHHNV, hemocytic enteritis, toksin dan kurangnya astaxanthin
    d. Cephalothorax kuning
    Warna kuning pada cephalothorax kerap dikaitkan dengan infeksi hepatopankreas dan infeksi Yellow Head Virus. Namun demikian infeksi tetap dapat terjadi meskipun perubahan warna ini tidak terlihat
    Gb. Cephalothorax berwarna kuning pada kasus YHV(picture credit to(http://coursewares.mju.ac.th)

    e. Jaringan otot berwarna putih opaq
    Normalnya otot udang berwarna transparan.  Perubahan warna otot menjadi putih opaq bisa jadi atau tidak disebabkan oleh patogen.  Perubahan ini dapat disebabkan oleh hemocytic enteritis, idiopathic muscle necrosis, muscle cramp syndrome, infeksi microsporidia, IMNV, PvNV.

    Gb. Warna putih pada otot udang vaname (picture credit to http://biopublisher.ca)


    f. Perubahan warna pucat
      Perubahan ini sebenarnya normal. Penyebab utamanya adalah lingkungan. Hal ini ditemukan pada udang windu yang dipelihara pada lingkungan bersalinitas rendah. Biasanya lebih pucat daripada udang windu yang dipelihara di air payau atau laut.


    2. Perubahan warna insang

                    a. Coklat/ hitam
                                    Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karenanya penarikan diagnose dari perubahan ini tidak dapat dilakukan. Beberapa yang berkaitan dengan perubahan insang berwarna coklat/ hitam yakni:
    -          Fouling dapat berasal dari suspense partikel sisa pakan, tanah, atau alga. Gejala klinis ini dapat hilang apabila dilakukan uji akuarium.
    -          DO rendah
    Disamping menyebabkan warna coklat muda, terkadang perubahan berupa kemerahan-coklat (melanisasi). Namun perubahan ini menghilang jika udang ditempatkan pada uji akuarium. Apabila air budidaya memiliki bahan organic berlebih (sisa pakan, tanah, alga), udang tidak mampu melakukan pembersihan insang. Akibatnya terjadi akumulasi partikel tersebut di insang yang terlihat berupa warna coklat atau hitam.
    -          Melanisasi
    Insang lebih mudah berubah menjadi hitam karena kondisi lingkungan dan fungsinya sebagai tempat berkumpulnya produk buangan tubuh. Melanisasi terjadi akibat aktifitas enzim phenol oksidase (PO) pada komponen organic aromatic seperti asam amino tyrosin untuk menghasilkan pigmen melanin coklat. Dalam jumlah sedikit warnanya coklat, dalam jumlah banyak berwarna hitam. Hemosit akan melepaskan PO melalui precursor yang disebut pro PO. Pelepasan dan aktivasi ini dipicu oleh benda asing seperti dinding sel mikroba. Infeksi jamur (Fusarium.sp) dan toksin/bahan kimia juga dapat menimbulkan melanisasi. Melanisasi juga dapat dipicu oleh faktor lingkungan seperti stress dan pakan (defisensi vitamin C). Defisiensi vitamin C akan mengakibatkan insang dan jaringan yang berkaitan dengan kutikula berubah menjadi hitam. Melanisasi akibat kadar DO rendah berwarna coklat terang bersifat sesaat. Namun yang berwarna coklat kemerahan dapat terlihat pada wet mount, yang artinya bukan hanya di kutikula namun juga di hemolim dan cairan tubuh. Pada infeksi kronis, kelukaan, dan stress yang diperpanjang, melanin terakumulasi dalam jumlah banyak dan secara klinis terlihat berwarna hitam.
    -          Bakteri.
    Bakteri pembusuk (fouling bacteria) merupakan bakteri yang menjadi epiflora udang, Bakteri ini dapat menjadi indicator kualitas lingkungan udang. Bakteri ini dapat hilang saat molting. Vibrio juga dapat menyebabkan melanisasi. Infeksi kronis bakteri ini atau bakteri perusak kitin menyebabkan akumulasi melanin di insang. Tempat infeksi berwarna hitam pada kutikula atau area di bawahnya. Warna kecoklatan juga dapat terlihat yang pada potongan jaringan yang diwarnai terlihat agregasi hemosit.
    -          Moulting. Post larva biasanya molting setiap hari dan udang di pembesaran molting tiap 2 minggu. Ketika molting organisme epifauna dan epiflora yang melekat dapat lepas. Namun bila molting tertunda dapat menyebabkan akumulasi  kedua organisme selama proses pengerasan kutikula
    -          Tea brown gill syndrome. Merupakan istilah untuk insang berwarna coklat muda yang kadang terjadi pada udang di tambak yang menunjukkan pendaran kuat di malam hari. Warna ini serupa dengan yang terjadi apabila kadar oksigen pada udang rendah, mortalitas cepat dan tinggi, sedangkan air pemeliharaan memiliki kadar oksigen normal. Perubahan warna ini diduga berasal dari toksin Vibrio harveyi yang lumescent yang menginfeksi hepatopankreas. Pada infeksi rendah dan sedang, insang berwarna coklat namun bakteri tidak ditemukan. Pada infeksi berat bakteri dapat terlihat di sirkulasi termasuk di hemolim dan jaringan termasuk insang. Kematian udang terjadi bila bakteri mampu memproduksi toksin dengan mekanisme bakteriofage. Bila tidak sampai menghasilkan toksin, udang dapat sembuh. Pada hewan hidup perubahan warna dapat terlihat namun ketika difiksasi dan diwarnai warnanya menghilang.
    -          Bahan kimia pengiritasi
    Bahan bahan seperti kadmium, kopper, kromium, potasium permanganat, ozon, crude oil, asam (pH air terlalu rendah), amonia, nitrit, klorin, dan bromin merupakan bahan-bahan yang dapat menyebabkan insang berwarna hitam.



    Gb. Insang berwarna hitam (atas) (picture credit to hakaimagazine.com)


                 b. Insang berwarna hijau
    Pembusukan oleh blue green alga dapat menyebabkan perubahan warna insang. Perubahan ini dapat hilang dengan uji akuarium selam 2 jam.

    c. Snow-white area
    Hal ini berkaitan dengan adanya penyakit gas-bubble. Area snow-white disebabkan oleh akumulasi emboli gelembung gas dalam processus insang. Gambaran emboli gas ini dapat diamati dengan wet mount


    Gb. gas bubble pada juvenil P. stylirostris (Picture credit to Lightner, 1988 in McVey, 1993)





    No comments:

    Post a Comment