-->

atas

    Senin, 30 Juni 2025

    Withering Syndrome (WS) pada Abalone

    Nama lain:
    Withering Syndrome (WS) of Abalone [1];

    Etiologi/ penyebab:
    Bakteri intraseluler gram negatif serupa rickettsia / Rickettsiales like prokaryote (RLP), Candidatus xenohaliotis californiensis ca.Xc., termasuk dalam famili Anaplasmataceae [1,2,4]. Dinilai dari patogenesitasnya, phage-infected rickettsial like organisms (RLOv) kurang patogen pada black abalone dibandingkan non phage-RLOs [2].

    Hospes :
    Ssemua spesies Haliotis.sp baik liar maupun yang dibudidayakan [1,4] seperti black abalone (Haliotis cracherodii), red abalone (Haliotis rufescens), pink abalone (Haliotis corrugata) dan green abalone (Haliotis fulgens). White abalone (Haliotis sorenseni) dan flat abalone (Haliotis walallensis) rentan infeksi secara laboratorium. Pinto abalone (Haliotis kamtschatkana) dapat terinfeksi namun kerentanan tidak diketahui. [1]. Infeksi pada Haliotis cracherodii (black abalone) lebih berat dibandingkan H. rufescens (Red abalone) [2].

    Siklus hidup
    Bakteri ini membelah secara biner (6) dan penyebarannya secara horizontal (langsung). Koloni ascidian terindikasi mengonsentrasikan bakteri ini (berdasarkan PCR), namun perannya sebagai vektor masih diragukan [4].

    Stadium rentan:
    semua stadium post larva rentan terhadap infeksi X. Californiensis. Gejala klinis biasanya teramati ketika abalone berukura >1 tahun. Abalone dengan ukuran <10mm kemungkinan terdeteksi secara histologi rendah, namum pada PCR probabilitasnya mencukupi untuk deteksi  [4].

    Epizootiologi:
    Penyakit ini terdapat di California, Amerika serikat dan pantai barat Baja California Sur, Mexico. Penularan secara horizontal. Hospes intermediet tidak terlibat pada siklusnya. Masa inkubasi penyakit ini sekitar  3-7 bulan. Dibutuhkan 247 hari dari paparan untuk memunculkan gejala klinis. Sedangkan untuk kematian, pada black abalone berkisar antara 85-100% [1,2]. Kasus serupa pernah dilaporkan di Taiwan, namun demikian identifikasi PCR menunjukkan bahwa organisme tidak identik dengan organisme penyebab WS di Californias [2]. Penyakit ini di negara lain seperti Islandia, Irlandia, Israel, Jepang, Spayol, dan Thailand, bahkan negara lainnya kemungkinan sudah tersebar, mengingat abalone yang terinfeksi pernah dikirimkan ke negara-negara tersebut. Penularan terjadi secara horizontal melalui feco-oral. Infeksi dapat berlangsung lama tanpa gejala klinis pada abalone yang dipelihara pada suhu rendah (misal 15oC pada red abalone) dan infeksinya meningkat pada suhu >17oC seperti pada red, black, dan white abalone. Namun demikian, beberapa spesies yang hidup di perairan hangat dapat menjadi karier. Abalone yang terinfeksi akan tetap terinfeksi meskipun berada di suhu rendah [4]

    Faktor pendukung:
    Suhu air yang meningkat pada musim panas akan meningkatkan kerentanan [1]

    Gejala Klinis:
    Kehilangan berat badan, mantel masuk ke dalam, anorexia, kelemahan, letargi, perlambatan pertumbuhan gonad dan kematian [1]. Digestive glad terdapat bercak berwarna putih dan pedal mengalami atrofi [4].

    Perubahan patologi:
    Secara mikroskopis esophagus posterior terdapat inklusi bakteri basofilik bulat, degenerasi, metaplasia dan / keradangan kelenjar pencernaan dan otot kaki atrofi. Inklusi terdapat di sel epitel serupa ductus pada saluran pencernaan seperti post esophagus, ductus kelenjar pencernaan, dan usus. Sel mucosa pensekresi dan pengabsorbsi digantikan oleh sel mucosa seperti ductus yang sedikit berdiferensiasi. Epitel tubulus mengalami hipertrofi, nekrosis, dan metaplasia menjadi epitel skuamus. Disamping itu juga teramati peningkatan jaringan ikat. Berkas otot hilang dan terdapat peningkatan jaringan ikat di kaki [1,2].

    Diagnosa banding:
    Suplai pakan yang buruk [1]

    Metode Diagnosa:
    Squash, histopatologi, isolasi virus, PCR, TEM, ISH [1]. Squash dengan menggunakan pewarna propidium iodide cukup untuk membedakan. Bakteri ini tidak dapat dikultur pada cell line ataupun media bakteri. [3].

    Pencegahan dan Pengendalian:
    Pencegahan dapat dilakukan dengan menurunkan kepadatan dan pemberian pakan berantibiotik oxytetracycline [1]. Antibiotik seperti chloramfenicol, claritomycin atau sarafloxacin tidak efeketif untuk mengatasi penyakit ini [3].  Suhu rendah dapat mencegah terjadinya infeksi, meskipun secara histologi patogen masig terdeteksi [2]. Seleksi abalone resisten cukup menjanjikan untuk dicoba [4].

    Referensi

    1. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia

    2. Lewbart, G. (ed). 2022. Invertebrate medicine. John Wiley & Sons.

    3. Friedman, CS; Andree, KB; Beauchamp, KA; Moore, JD; Robbins, TT; Shields, Jeffrey D.; and Hendricks, RP, 'Candidatus Xenohaliotis californiensis', a newly described pathogen of abalone, Haliotis spp., along the west coast of North America (2000). International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, 50(part 2), 847-855

    4. OIE. 2009. Chapter 2.4.7. — Infection with Xenohaliotis californiensis. Manual of Diagnostic Tests for Aquatic Animals

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar