-->

atas

    Saturday 18 February 2017

    Monodon Slow Growth Syndrom (MSGS)


    Nama lain:  -

    Etiologi/ penyebab:
    Penyebab dari Monodon Slow Growth Syndrom (MSGS) belum ditentukan hingga saat ini. Virus LSNV (Laem Singh Virus) terdeteksi pada sampel positif pada kasus MSGS. LSNV ini dapat terdeteksi baik di udang sehat maupun udang sakit. Merupakan virus ssRNA dan belum ditentukan klasifikasinya [2]. Meskipun terdeteksi pada udang dengan MSGS, namun tidak ada kaitan antara MSGS dan LSNV. Kemungkinan, ada hubungan yang secara tidak langsung terjadi, misalnya seperi virus satelit XSV [4]. Studi yang dilakukan oleh Chayaburakul et al (2004) bahwa pada udang windu dengan gejala MSGS terdeteksi adanya virus  IHHNV, MBV, WSSV, YHV, dan HPV. Namun hampir keseluruhannya bersifat infeksi campuran, tidak ada infeksi virus yang ditemukan individual. Sedangkan pada pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya infeksi bakteri, gregarine, dan protozoa microsporidia (E. hepatopenaei) [1]. Udang vaname dapat bertindak sebagai karier asimtomatik pada LSNV [2]. Studi oleh Janakiram et al (2013) bahwa secara mikrobiologi ada 3 jenis bakteri vibrio yang teridentifikasi yakni V. harveyi, V. fluvialis, V. alginolyticus [6].

    Hospes :
    Menurut Sittidilokratna et al (2009) LSNV hanya terjadi pada udang P. monodon atau udang windu di beberapa lokasi di Asia Tenggara dan Asia Selatan [3]. NLSNV terdeteksi di P. monodon, Fenneropenaeus merguiensis, Metapenaeus dobsoni dan L. vannamei, namun tidak pada F. indicus, Marsupenaeus japonicus dan Scylla serrata. Di India, LSNV paling sering terjadi pada P. monodon diikuti oleh M. dobsoni, F. merguiensis dan L. vannamei [5].

    Stadium rentan :
    prevalensi LSNV teramati pada indukan. Namun di Srilanka, juga ditemukan pada post larva. Prevalensi tertinggi dilaporkan pada indukan betina dan berbagai stadium udang seperti nauplii, zoea, mysis, PL5, dan PL15 [5]

    Epizootiologi:
    Pada tahun 2001, sebuah penyakit baru dinamakan Monodon Slow Growth Syndrome (MSGS) dilaporkan telah menimbulkan perlambatan pertumbuhan pada udang windu di Thailand. Produksi udang otomatis menurun drastis. Tingkat ADG dilaporkan menurun hingga 0,2 – 0,3 gram/hari [1]. LSNV dilaporkan terkait dengan MSGS pada kasus udang windu dari Thailand, Malaysia, Indonesia, India, dan Vietnam [2]. Sedangkan di Australia, kejadian LSNV tidak ada [3]. Prevalensi dilaporkan lebih tinggi di pantai barat dan timur India dengan sejarah perpanjangan masa budidaya dan perlambatan pertumbuhan beberapa tahun terakhir. LSNV dapat ditularkan secara vertikal dan horizontal [5]

    Faktor pendukung
    Belum diketahui, namun patogen lain dan/ faktor lingkungan berpengaruh.  Stress umumnya menjadi pemicu munculnya penyakit [5].

    Gejala Klinis
    Udang yang terkena MSGS ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan ukuran yang bervariasi. Sindrom ini juga terjadi bersama infeksi HPV dan infeksi hepatopankreas lainnya diikuti dengan gejala sebagai berikut: menghitam, pertumbuhan berat badan harian <0,1 gram/hari pada usia 4 bulan,  terdapat garis-garis kuning yang tidak biasa, segmen abdomen membentuk bambu, antenna menjadi rapuh [2].


    Perubahan patologi
    (picture credit to Janakiram et al.,  2013)
    Lesi patognomonik dari LSNV secara histopatologi adalah retinopati yang diikuti dengan pelebaran pembuluh darah hemolimfatik, infiltrasi hemosit, dan rupture membrane yang memisahkan zona fasciculata dengan barisan sel reticulum [2]. Perbedaan antara udang besar dan udangkecil yang positif LSNV adalah retinopati teramati secara nyata pada udang kecil dengan MSGS. Tidak ada degenerasi serabut syaraf atau neuron, inklusi abnormal kecuali infiltrasi hemosit pada tractus crystalline pada sejumlah udang. Speroid organ limfoid pada udang terinfeksi berukuran besar dengan inklusi sitoplasmik magenta [5].Perubahan histopatologi lainnya berkaitan dengan adanya badan inklusi oleh virus IHHNV, HPV, dan MBV [6].

    Patogenesis
    Organ limfoid diduga menjadi tempat utama predileksi virus yang diindikasikan dengan pembentukan speroid LO. Studi lain menunjukkan bahwa MSGS mungkin disebabkan oleh infeksi spesifik LSNV pada zona fasciculate dan badan onion organ Bellonci mata. Diduga infeksi pada syaraf mata dapat mengakibatkan perlambatan pertumbuhan. Namun belum diketahui apakan kerusakan pada organ bellonci disebabkan oleh LSNV atau patogen lain. Disamping itu juga ada kemungkinan perlambatan pertumbuhan disebabkan oleh retinopati akibat interaksi LSNV dan beberapa agen lain atau mekanisme lain yang memicu kerusakan organ bellonci. Retinopati juga diduga berpengaruh terhadap menurunnya kadar  MIH (Moult Inhibiting Hormone). Transkripsi MIH lebih rendah pada udang kecil daripada udang lainnya [5]

    Diagnosa banding
    Suatu penyakit fatal, “peripheral neuropathy and Reptinopathy (PNR)”, menyerupai Yellow Head Like Virus dijumpai di Australia. Namun gambaran histopatologinya berbeda dibandingkan dengan MSGS dimana pada PNR udang menunjukkan degenerasi dan nekrosis fokal hingga difus pada axon dan pembungkusnya bersama dengan apoptosis sel glial pada serabut syaraf tepi [5].

    Metode Diagnosa
    Virus LSN cukup mudah didiagnosa dari berbagai organ terutama organ limfoid melalui TEM, RT PCR, dan ISH. Infeksi lanjutan dapat mepengaruhi retina. Mungkin saja hal ini yang menyebabkan udan mengalami perlambatan pertumbuhan [2].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Salah satu cara mencegah MSGS adalah dengan menghindari penggunaan benih yang positif LSNV. Di negara yang telah membudidayakan udang vaname dan udang windu, ada baiknya dilakukan pemisahan baik pada pembesaran maupun hatcheri. Hal ini guna mencegah penyakit menyebar melalui hewan hidup [2]. Kasus MSGS dilaporkan cukup rendah pada tambak yang melakukan GMP, GAqP, atau menggunakan PL SPF. Karantina pada pergerakan udang hidup yang digunakan stok pada budidaya untuk pencegahan. Otoritas nasional harus meningkatkan surveilans sindrom perlambatan pertumbuhan pada P. monodon untuk menurunkan resiko importasi patogen virus eksotik yang merusak budidaya lokal.

    Referensi

    1. Chayaburakul, K., Gary Nash, Phusit Pratanpipat, Siriporn Sriurairatana, Boonsirm Withyachumnarnkul. 2004. Multiple Pathogens Found in Growth-Retarded Black Tiger Shrimp Penaeus monodon Cultivated in Thailand. Disease of Aquatic Organisms Vol. 60: 89–96, 2004

    2. Kibenge, F.S.B. dan Godoy, M. 2016. Aquaculture Virology. Academic Press

    3. Sittidilokratna, N., Sirintip Dangtip, Kallaya Sritunyalucksana, Ravi Babu, Balakrishnan Pradeep, C. V. Mohan, Nicholas Gudkovs, Peter J. Walker. 2009. Detection of Laem-Singh virus in Cultured Penaeus monodon Shrimp from Several Sites in The Indo-Pacific Region. Disease of Aquatic Organisms Vol. 84: 195–200, 2009 doi: 10.3354/dao02059

    4. Sritunyalucksana, K., Somjai Apisawetakan, Anutara Boon-nat, Boonsirm Withyachumnarnkul, Timothy W. Flegel. 2006. A New RNA Virus Found in Black Tiger Shrimp Penaeus monodon From Thailand. Virus Research 118 (2006) 31–38

    5 Poornima, M.,  Y. Seetang-Nun,  S. V. Alavandi, J. Syama Dayal. 2012. Laem-Singh Virus: A Probable Etiological Agent Associated with Monodon Slow Growth Syndrome in Farmed Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon). Indian J. Virol. (July–September 2012) 23(2):215–225 DOI 10.1007/s13337-012-0099-7
    6. Janakiram, P., L. Jayasree, B. Suvaprasad, M. Veerendrakumar, G.K. Geetha. 2013. Histopathological and bacteriological studies of monodon slow growth syndrome (MSGS) affected shrimps. Indian J. Fish., 60(1) : 97-101, 2013
















    No comments:

    Post a Comment