-->

atas

    Saturday 22 July 2017

    Abdominal Segment Deformity Syndrome (ASDS)


    Nama lain:  -
    Etiologi/ penyebab: diduga virus sitoplasmik baru dengan ukuran diameter 20-22mm [1].

    Hospes : P. vannamei, P. indicus [1,2]

    Stadium rentan : juvenil [3]

    Epizootiologi:
    Sejak tahun 2004, pembudidaya di Indonesia, Malaysia, dan Thailand melaporkan sebuah penyakit baru pada udang vaname. Penyakit ini ditandai dengan abnormalitas segmen dimana segmen tubuh membengkak dan membengkok ke samping dan dorso-ventra. Hal ini menyebabkan bentuk tubuh menjadi ireguler, termasuk bentuk usus yang menjadi ireguler pun teramati secara kasat mata. Pada beberapa udang otot abdomen tampak keruh dan sedikit opak, atau warna tubuh menjadi kemerahan.Penyakit ini kemudian disebut dengan Abdominal Segment Deformity Syndrome (ASDS) karena gejala klinis yang khas [1]. Kasus ASDS juga dilaporkan pada udang vaname di Thailand [1,2]. Laporan pada tahun 2017 menyebutkan bahwa udang P. indicus yang dibudidayakan di SEAFDEC/AQD Filipina juga memiliki gejala patologi serupa ASDS pada udang vaname di Thailand [2].
     Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang masih normal. Persentase udang dengan gejala tersebut antara 5-60% [1]. ASDS tidak memiliki dampak terhadap tingkat kelangsungan hidup. Hanya sedikit ekonomi yang terpengaruh oleh penyakit ini yakni penurunan nilai jual akibat perubahan bentuk tubuh yang mencapai 10% [1,4]


    Faktor pendukung
    Terjadinya ASDS berkaitan dengan non-long-terminal repeat (non-LTR) retrotransposons (NLRS) yang tidak menular. NLRS adalah elemen genetic yang berkaitan dengan penggunaan jangka panjang indukan setelah dilakukan ablasi. Namun terdapat hal yang kontras, sebab keberadaan ASDS pada PL juga ditemukan pada indukan liar yang memijah sekali setelah dilakukan ablasi. Tidak ada bukti bahwa kualitas air menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit ini [2].

    .Gejala Klinis
    Perubahan bentuk teramati pada segmen abdomen, sisi dan bagian dorso-ventral yang membengkok dengan otot yang berwarna opak pada beberapa udang. Usus yang memanjang juga tampak bergerigi bila dilihat dari atas. Selain itu bentuk tubuh udang menjadi bergelombang [1]. Pada udang P. indicus disamping pembengkokan bentuk tubuh juga teramati adanya fusi segmen tubuh (dari 6 menjadi 5) atau Fused Body Segment Deformity (FBSD). Hal ini mengakibatkan bentuk tubuh memendek dengan segmen abdomen yang lebih lebar serta berkurangnya jumlah kaki. Namun demikian masih dibutuhkan penelitian lanjutan mengenai kaitan ASDS dan FBSD[2]


    Perubahan patologi
    Pada pengamatan histopatologi ASDS, tidak teramati adanya patogen. Abnormalitas baru teramati pada abdomen bila terlihat perubahan bentuk tubuh pada pengamatan makroskopis. Otot kehilangan myofibril dan serabutnya, sehingga terdapat ruang antar serabut otot. Hal ini teramati pada potongan membujur dan melintang. Pada beberapa area terdapat peradangan dan enkapsulasi tanpa badan inklusi [1,3]. Perubahan semacam ini juga teramati pada otot di area cephalothorax, namun tidak begitu mencolok. Insang dan jaringan hepatopankreas tidak mengalami perubahan. Beberapa kelenjar tegumental mengalami perubahan struktur dan terdapat inklusi granuler basofilik. Namun perubahan ini juga teramati pada uddanng normal. Pada ASDDS tidak ditemukan speroid pada organ limfoid. Ganglion secara umum normal kecuali gumpalam basofillik dan inklusi pada sel glial dan neuron, serta perubahan ireguler pada serabut syaraf sepanjang ganglia pada alat gerak [1]

    Gb. udang normal (A), dengan gejala ASDD (B), dan gejala FBSD (C) (picture credit to Santander-Avanceña, et al, 2017)


    Diagnosa banding
    Awalnya penyakit ini diduga merupakan Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV) yang menyebabkan penyakit Runt Deformity Syndrome  (RDS). Namun gejala klinis ASDS yang terlihat berbeda dengan RDS. Perubahan warna otot biasanya berkaitan dengan Infectious Myonecrosis  (IMN) dan  Penaeus vannamei Nodavirus (PvNV). Pada udang galah perubahan warna otot  berkaitan dengan White Tail Disease  (WTD) dan Extra small virus (XSV). Namun WTD menyebabkan kematian tinggi dan tidak berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh pada udang vaname [1]
    .
    Metode Diagnosa
            Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan makroskopis, histopatologi, PCR, ISH, dan TEM [1]. Injeksi membrane-filtered (0,22 µm) homogenate dapat menghasilkan gejala ASDS pada udang yang diuji tantang. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan penyakit ini disebabkan oleh virus. Pemeriksaan jaringan dengan TEM didapatkan partikel serupa virus pada jaringan otot yang terinfeksi dan pada ventral nerve cord [3]

    Pencegahan dan Pengendalian
    Munculnya Non-long-terminal repeat (non-LTR) retrotransposons (NLRS), elemen genetic yang berkaitan dengan ASDS harus dicegah dengan penggunaan jangka pendek pada indukan yang telah diablasi. Atau, pisahkan indukan yang terdeteksi positif NLRS dengan RT-PCR. Bila tidak memungkinkan untuk melakukan skrining, RT PCR dapat digunakan untuk mengeluarkan indukan yang positif RT-PCR 1-step untuk NLRS. Bila benih bebas NLRS teridentifikasi, maka dapat mengeliminasi NLRS diwariskan pada benih keturunannya. Untuk jangka panjang, keturunan udang tersebut harus dipilih untuk pembebasan dari NLRS. Dan oleh karena agen disebarkan dari induk ke keturunannya, pencegahan harus berfokus pada managemen dan monitoring indukan [4]


    Referensi
    [1].  Sakaew, W., Benjamart Pratoomthai, Gun Anantasomboon, Somluk Asuvapongpatana, Siriporn Sriurairattana, Boonsirm Withyachumnarnkul. 2008. Abdominal segment deformity disease (ASDD) of the whiteleg shrimp Penaeus vannamei reared in Thailand. Aquaculture 284 (2008) 46–52

    [2] Santander-Avanceña, S., Parado-Estepa, FD.,Catedral, D.M.,  Faisan,J., de la Peña, D.L. 2017. Abdominal segment deformity syndrome (asds) and fused body segment deformity (fbsd) in cultured Penaeus indicus. Aquaculture 466 (2017) 20–25

    [3] Flegel, T.W. 2009. Current Status of Viral Diseases in Asian Shrimp Aquaculture. The Israeli Journal of Aquaculture - Bamidgeh 61(3), 2009

    [4]Sakaew et al. 2013. Discovery and partial characterization of a non- LTR retrotransposon that may be associated with abdominal segment deformity disease (ASDD) in the whiteleg shrimp Penaeus (Litopenaeus) vannamei. BMC Veterinary Research 2013, 9:189




















    No comments:

    Post a Comment