Sama halnya dengan spesies akuatik lainnya, pengamatan klinis pada moluksa harus dilakukan setiap kali mengamati status kesehatan. Sebelum dilakukan pengamatn, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data lapangan yang meliputi:
- Anamnesa dilakukan pertama kali dengan mencatat data-data yang terdapat di lapangan beserta sejarah dari penyakit. Catat lokasi, spesies, dan tahun.
- Usap dan hilangkan kotoran serta organisme penempel yang menutupi tubuh moluska
- Lakukan prosedur untuk histocytology dengan mengebor atau melubangi cangkang dan membiarkan kerang semalaman agar bagian-bagian kerang lebih bersih
- Lakukan pengukuran cangkang
- Membuka kerang dengan membuka cangkang (dari bill dan hinge) lalu memotong M. abductor (otot) setipis dan sedekat mungkin dengan cangkang (hindari memotong organ).
- Setelah terbuka, diamati adanya kondisi pada cangkang dan organ tubuh.
- Amati terlebih dahulu:- Otot yang hilang atau lemah yang melekat di cangkang- Mantel yang kering- Warna atau bau yang abnormal- Bagian tubuh yang terpotong saat proses membuka, bagian ini akan menimbulkan reaksi peradangan- Keberadaan, jumlah, dan ukuran spat- Cangkang yang tidak menutup rapat
Kemudian, catat abnormalitas makroskopis yang teramati pada organ:
b. Kondisi abnormalitas pada organ
- Abses
- Pigmentasi abnormal
- Erosi insang
- Pustula
- Watery
- Otot lemah atau kehilangan kemampuan melekat (adhesi) pada cangkang
- Reaksi mantel rendah (kering)
- Terdapat bau dan perubahan warna
- Terdapat luka tusukan, irisan, atau robek
- Resesi/ retraksi matel serta rekoverinya
- Watery cyst
- Pearls
(Pict credit to C.A. Farley, NOAA, Oxford, MD.)
Howard, D. W., E. J. Lewis, B. J. Keller, and C. S. Smith. 2004. Histological techniques for marine bivalve mollusks and crustaceans. NOAA Technical Memorandum NOS NCCOS 5, 218 pp.
Ifremer. 2011. Molluscs processing for diagnostic by histology. European Union Refrence Labooratory for Molluscs Disease
Tidak ada komentar:
Posting Komentar