-->

atas

    Wednesday 24 April 2019

    Defisiensi thiamin (Vitamin B1) pada ikan


    Nama lain
    Thiamin Deficiency Complex (TDC) [5], kekurangan vitamin B1

    Etiologi/ penyebab:
    Defisiensi atau kekurangan vitamin B1 (thiamin). Beberapa jenis ikan yang masuk kelompok sarden atau anchovy (sejenis ikan teri), ikan cyprinid, cluepids, dan beberapa jenis kerang memiliki enzim yang mendegradasi thiamin (thiaminase) yang ada dalam tubuhnya sendiri. Kurangnya vitamin B1 dapat terjadi jika jenis ikan tersebut digunakan sebagai pakan untuk jangka panjang [1,2].
    Terjadinya defisiensi  thiamin juga dapat disebabkan oleh penurunan produksi thiamin atau peningkatan kebutuhan thiamin melalui berbagai sistem akuatik [5]. Rendahnya konsentrasi antioksidan pada ikan salmon seperti astaxanthin dan vitamin E berkaitan dengan defisiensi thiamin [5]

    Hospes 
    indukan kerapu tikus Chromileptes altivelis [1], salmon, channel catfish, Japanese eel, Japanese parrotfish, ikan mas, red seabream, turbot. Dapat terjadi baik ikan air tawar maupun laut [2,3].

    Stadium rentan
    -

    Epizootiologi:
    Penyakit ini merupakan penyakit nutrisi dan tidak bersifat menular [1]. Kurangnya kadar thiamin dapat mengakibatkan kematian yang tinggi di masa awal kehidupan dan berdampak pada turunnya populasi [4]. Adanya defisiensi thiamin pertama kali didokumentasikan pada ikan salmon yang hidup di danau Laurentian Great pada tahun 1968 dan Laut Baltik pada tahun 1974. Namun demikian, awalnya gejala klinisnya tidak disebut sebagai defisiensi thiamin hingga satu decade kemudian [5].

    Faktor pendukung
    Perubahan faktor lingkungan abiotik seperti kecukupan cahaya, suhu, dan salinitas mempengaruhi kadar thiamin dari beberapa fitoplankton yang mampu mensintesis thiamin [5].

    Gejala Klinis
    Pada ikan kerapu, penyakit ini ditandai dengan perubahan warna tubuh menjadi keputih-putihan, gerakan yang tidak teratur, muncul lesi mekanik dengan hemoragi pada permukaan tubuh terutama di sekitar mulut, sirip pektoralis, dan abdomen [1]. Pada Japanese eels, disamping gejalan neurologis, juga teramati lesi hemoragi subcutaneous dan kongesti sirip [3]. Pada ikan finfish secara umum, gejala klinisnya meliputi atrofi otot, katarak, konvulsi, perubahan warna kulit tubuh, edema, kehilangan keseimbangan, letargi, berenang seperti sekrup, tanpa koorfinasi [4,5]. Pada ikan salmon, perubahan perilaku akibat defisiensi thiamin relative seragam. Otak mengalami hidrocefalus, kongesti vaskuler, berkurangnya efisiensi konversi yolksac serta tingginya opasitas, edema, dan hemoragi yolksac berkaitan dengn defisiensi thiamin [5].

    Dampak defisiensi thiamin
    Pada benih, defisiensi thiamin tidak dapat diatasi karena ketidakmampuan mencari makan, kecuali pakan disediakan. Lambatnya pertumbuhan pada benih akibat defisiensi thiamin dapat berpengaruh pada kelangsunganhidup benih. Efek subletal defisiensi thiamin pada salmon atlantik dapat menurunkan kesehatan populasi yang terdampak,  mengakibatkan perubahan morofologi tubuh dan pigmentasi, menurunkan performa berenang [5]

    Perubahan patologi
    Pada otak secara histopatologi akan teramati hemoragi dan degenerasi nucleus sel syaraf pada area periventricular [1,2].

    Dampak
    Kekurangan thiamin dapat mengganggu fungsi syaraf, pencernaan, dan reproduksi. Sebagaimana diketahui, vitamin ini merupakan koenzim dari berbagai enzim pengkatalisis metabolism karbohidrat [1].

    Diagnosa banding
    -

    Metode Diagnosa
    Diagnosa dapat dilakukan secara histopatologi dimana ditemukan lesi pada otak [1].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Upaya pencegahan pada ikan yang diberi pakan berupa ikan rucah adalah dengan tidak memperpanjang pemberian pakan menggunakan ikan sarden atau anchovy. Pakan sebaiknya dicampur dan diberikan suplementasi multivitamin [1]. Beberapa metode diantaranya adalah perendaman telur yang telah dibuahi dengan larutan thiamin saat proses pengerasan. Perendaman pada ikan salmon dengan konsentrasi 1% thiamine hydrochloride  pada ikan salmon Atlantik saat terjadi pengerasan air ketika telur dapat mengabsorbsi air sebelum mengeras. Pada benih, defisiensi thiamin ditasi dengan injeksi thiamin yolksac atau perendaman 1% thiamine hydrochloride selama 1 jam. Pada ikan coho salmon yang akan dipijahkan, injeksi thiamin hydrochloride sebanyak 50mg/kg , 1  bulan sebelum memijah dapat menghasilkan 28 kali lipat peningkatan total thiamin telur dibandingkan yang tidak diberi sama sekali[5].


    Bahan Bacaan

    1. Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
    2. Roberts, R.J (Ed). Fish Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK
    3. Shiau, S.Y. dan Lin, Y.H. 2015. Chapter 6: Vitamins (excluding C and E) dalam Lee, C.S., C. Lim, D.M. Gatlin III, C.D. Webster (ed). 2015. Dietary Nutrient and Fish Health. Wiley-Blackwell: New Jersey
    4. Cho, C.Y. 8:  Nutrition and fish health.
    5. Harder, A.M., W.R. Ardren, A.N. Evans, M.H. Futia, C.E. Kraft, J.E. Marsden, C.A. Richter, J. Rinchard, D.E Tillitt, M.R. Christie. 2018. Thiamine deficiency in fishes: causes, consequences, and potential solutions. Rev Fish Biol Fisheries 28:865–886




    No comments:

    Post a Comment