-->

atas

    Tuesday 10 August 2021

    Pengendalian gulma air pada budidaya perikanan

    Tanaman yang hidup di air merupakan bagian dari ekosistem perairan. Keberadaannya dapat menguntungkan maupun merugikan. Tanaman air dapatt menjadi tempat tinggal serangga air yang menjadi bahan makanan bagi ikan karnivora maupun omnivora. Tanaman air juga dapat menjadi tempat berlindung ikan dari predator yang lebih besar. Sebagian besar tanaman air tidak menimbulkan masalah yang berarti. Akan tetapi Tindakan pengendalian harus dilakukan apabila lebih dari 20-25% tanaman air menutupi permukaan air.

    Pengendalian gulma air sebenarnya tidak bisa dikatakan mudah. Di negara seperti China, gulma air banyak dimanfaatkan sebagai pakan dan pupuk. Namun demikian, metode ini tidaklah muda untuk diterapkan di negara tropis. Hal ini berkaitan dengan biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan untuk mengendalikan gulma air dengan frekuensi waktu tertentu untuk mencegah menumpuknya tanaman tersebut. Ditambah lagi dengan mudahnya benih tanaman air untuk menyebar. Sehingga pengendaliannya harus dengan membuang tanaman air yang mati. Tanaman yang tenggelam lebih sulit dikendalikan. Sedangkan yang setengah tenggelam jauh lebih mudah.

    Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengendalikan gulma air. Terkadang pengendalian gulma tidak hanya menggunakan satu metode, tapi beberapa metode sebagai kombinasi. Pemilihan metode pengendalian juga harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

    a. Mencegah pertumbuhan

    - Membuat konstruksi kolam tidak terlalu dangkal di bagian tepi untuk menghindari pertumbuhan gulma tepian
    - mencegah adanya endapan/sedimen dengan menghindari drainase yang berasal dari tanah yang subur
    - Rutin melakukan pembuangan endapan
    - Memasang filter untuk mencegah masuknya gulma berserta sporanya.
    - Memasang net yang diberi bahan antifouling untuk menghindari tumbuhnya gulma di kolam

    b. Memanfaatkan gulma air
    Seperti yang disebutkan di atas, bahwa tanaman air ini dapat dimanfaatkan sebagai makanana, pupuk, serabut kertas, dan energi (biogas). Tanaman air ini dapat dipanen untuk diberikan kepada spesies herbivora ataupun ikan mas. Gulma air dapat dipanen 1-2 hari sekali untuk diolah kembali menjadi kompos.

    c. Pengendalian secara manual dan mekanik.
    Pengendalian dengan metode ini paling baik dilakukan dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Waktu paling tepat pengendalian manual adalah ketika pertumbuhan vegetatif aktif misalnya pada enceng gondok. Tanaman dibersihkan beserta bunga sebelum muncul buah dan benihnya. Pengendalian secara manual dan mekanik ini menggunakan alat bantu. Gulma air harus dipotong sedekat mungkin dengan dasar kolam. Gulma air yang mengapung akan lebih mudah untuk dibuang. Namun apabila jumlahnya cukup banyak maka membutuhkan alat yang lebih besar seperti weed cutter. Cara mekanik lainnya adalah dengan mendorong gulma menggunakan tangan, tali atau kabel. Metode ini hanya efektif pada lingkungan perairan yang tidak luas. Terkadang bila sudah tidak mampu, pengendalian akan dialihkan secara kimia atau biologis.

    d. Pengendalian secara kimia
    Pengendalian ini dilakukan menggunakan herbisida. Herbisida menjadi pilihan untuk membasmi gulma air secara cepat. Penggunaannya tidak bisa dilakukan saat proses budidaya berlangsung sebaba bahan ini berbahaya bagi hewan akuatik. Setelah aplikasi, gulma air yang telah mati juga harus segera disingkirkan. Kekurangan dari metode ini adalah nutrien yang dilepaskan dari gulma dapat menambah kesuburan air. Herbisida juga berpotensi mempengaruhi terjadinya blooming plankton. Keefektifan penggunaan herbisida ini bergantung pada faktor pertumbuhan gulma, waktu, metode, dan kondisi perairan. Berbagai jenis herbisida dapat digunakan. Namun tidak semua negara membebaskan penggunaannya. Kuprisulfat (CuSO4) menjadi bahan herbisida yang paling banyak digunakan, terutama untuk mengontrol alga. Contoh bahan herbisida lainnya adalah Copper chelates, 2,4D low volatil ester granules, 2,4 D amine,Diquat, Endothall, Fluridone, Fosamine, Glyphosate.

    Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan Ketika menggunakan herbisida untuk membasmi gulma air:

    - lakukan identifikasi tanaman. Hal ini akan membantu menyesuaikan jenis herbisida yang akan digunakan
    - menentukan luasan dan volume air dari wilayah yang akan dilakukan penyemprotan
    - Menggunakan herbisida yang teregistrasi
    - Menggunakan peralatan pengaman seperti sarung tangan dan googles
    - Melakukan penakaran yang tepat dan tidak berlebihan

    e. Pengendalian secara biologi
    Pengendalian ini termasuk cara paling murah dan minim efek samping. Metode ini menggunakan ikan atau spesies akuatik herbivora lainnya. Spesies yang dimaksud antara lain Ctenopharyngdon idella, grass carp, nila, tawes, nutria (Myocaster coypus), muskrats, manatee atau seacow, bebek dan angsa, kumbang atau larvae dan keong. Penggunaan unggas air sebagai pengendali biologis gulma air cukup efektif untuk mengurangi tanaman air tipe tenggelam dan tepian. Akan tetapi keberadaan unggas air terlalu banyak dapat menimbulkan permasalahan baru sebab kotorannya dapat menyuburkan air.

    Pengendalian secara biologi ini keefektifannya bervariasi, bergantung pada preferensi ikan terhadap jenis gulma serta umur dan ukuran ikan. Penggunaan pakan komersial juga menurunkan keefektifan penggunaan ikan sebagai kontrol biologis. Di perairan umum, penggunaan pengendali biologis tentunya lebih efektif. Contoh lain pengendalian secara biologis adalah dengan menggunakan pupuk inorganik untuk menghasilkan blooming fitoplankton guna membunuh gulma air yang tenggelam. Pada beberapa kondisi, metode ini cukup efektif. Disamping membatasi pertumbuhan gulma air, metode biologis lainnya adalah dengan menggunakan biofilter.

    Referensi

    Chichowlaz, S.D . (ed). Aquatic pest control. Nevada State Department of Agriculture

    Indiana Department of Natural Resurces & Indianan Division of Fish and Wildlife. Indiana Fish Pond Management.

    T.V.R Pillay. 2005. Aquaculture principles and practices, First Indian reprint pp-216-227.

    No comments:

    Post a Comment