-->

atas

    Saturday 11 November 2017

    MrNV-XSV pada Udang Galah

    Nama lain:  White Tail Disease (WTD), penyakit ekor putih

    Hospes 
    udang galah (Macrobrachium rosenbergii). Disamping udang galah, MrNV juga dapat menyebabkan kematian pada larva udang P. indicus, P. monodon, dan P. vannamei [3]. Udang dewasa dari spesies P. Indicus, P. Japonicus, dan P. Monodon serta 2 udang air tawar M. Rude dan M. Malcolmsonii tidak rentan terhadap infeksi MrNV-XSV, dimana secara oral dan intramuscular gagal mengakibatkan kematian [8].
    Etiologi/ penyebab
    Nodavirus yang sering kali berkaitan dengan virus satelit yang disebut Extra Small Virus (XSV) [3]. MrNV merupakan virus tidak beramplop, diameter 27nm [4], ss RNA [7]. Sedangkan XSV merupakan virus ss RNA tidak beramplop. Diduga XSV adalah virus satelit sementara MrNV adalah virus helper [7]. Detil informasi mengenai kaitan XSV dan MrNV tidak begitu jelas dan belum pernah dipublikasikan [8]
    Epizootiologi
    Pertama kali penyakit MrNV terdeteksi di India, di beberapa panti benih di Nellore Andhra Phrades dan Chennai. Selain di panti benih, penyakit serupa juga dilaporkan oleh pembudidaya di daerah tersebut. Penyakit ini dapat menimbulkan 100% kematian [1]. Hewan muda lebih banyak terserang virus ini. Mode penularan paling utama secara vertikal. Induk yang terinfeksi, jaringan ovarium, dan telur yang dibuahi terdeteksi positif dengan RT PCR. Beberapa PL yang terinfeksi dapat bertahan hingga dewasa dan menjadi pembawa penyakit ini. Pakan hidup seperti artemia berperan penting sebagai vector mekanik. Agen patogen WTD juga dapat ditularkan melalui paparan oral [4]. Lima spesies insekta akuatik giant water bug Belostoma sp., dragonfly nymphs Aesohna sp., diving beetles Cybister sp. dan back swimmers Notonecta sp terdeteksi positif melalui RT-PCR [6]. Hal ini mengindikasikan bahwa beberapa spesies insekta air memiliki resiko menularkan MrNV-XSV pada udang galah [8]. Terdeteksi positif dikoleksi dari kolam pembesaran. Penularan MrNV secara horizontal terjadi melalui sistem budidaya dan ekosistem karier hidup yang berdekatan, jaringan mati, ataupun virion bebas [6]. Udang penaeid juga berpotensi menularkan seperti  P. japonicus, P. indicus, P. monodon [7].
    Faktor pendukung
    Pada uji laboratorium MrNV, hanya sedikit pengaruh negatif kondisi lingkungan budidaya yang buruk terhadap. Kematian signifikan diperoleh ketika suhu turun hingga 22oC [3]
    Gejala Klinis
    Udang galah yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala lemah, nafsu makan hilang, otot berwarna putih baik saat post larva maupun dewasa [1]. Kondisi otot yang memutih meluas secara bertahap ke dua sisi sehingga mengakibatkan degenerasi telson dan uropod.  Warna keputihan pada ekor merupakan gejala klinis pasti sehingga disebut penyakit ekor putih [2]. Warna putih pada otot dimulai pada segmen kedua/ ketiga abdomen dan secara perlahan meluas dari tengah ke anterior dan posterior [8]. Kematian terjadi setelah gejala klinis pertama muncul (1-3 hari) dan seluruh populasi PL habis dalam waktu kurang dari satu minggu [4]


    Gb. udang galah dengan gejala klinis ekor memutih pada infeksi MrNV
    (Picture kredit to tajukperikanan.com)


    Perubahan patologi
    Secara histopatologi, lesi terdapat pada otot dan jaringan ikat. Badan inklusi basofilik berukuran kecil dengan diameter 0,5-3µm dan berada di sitoplasma [4]. Badan inklusi ini ditemukan di otot abdomen, cephalothorax, dan intratubular hepatopankreas, tidak ditemukan di epitel hepatopankreas ataupun midgut. Sedangkan untuk virus dapat ditemukan di insang, otot kepala, lambung, usus, jantung, pleopod, hemolim, ovarium, dan ekor [5]. Otot dapat lebih atau tidak begitu nekrosis dengan serabut otot yang memisah. Jaringan epitel normal,  baik di subkutikula maupun saluran pencernaan [4].
    Patogenesitas
    MrNV dan XSV menimbulkan kematian hingga 100% pada PL 7 hingga 12 melalui uji tantang perendaman. Pada kelompok terinfeksi PL menunjukkan gejala otot putih pada hari ke 7 pasca infeksi dan mencapai jumlah tertinggi pada hari ke 10. Virus ini menyebabkan mortalitas pada udang dewasa melalui rute intramuscular [7].
    Metode Diagnosa
    PCR, ISH, western blot, LAMP, ELISA, cell culture, ME, histopatologi. Metode PCR mengkonfirmasi bahwa pleopod merupakan sumber tepat untuk skrining MrNV [7]. RT-PCR dapat mengidentifikasi keberadaan kedua virus ini di insang, hemolim, otot abdomen, otot kepala, lambung, usus, jantung, hemolim, pleopod, ovarium, dan ekor. Namun tidak pada batang mata dan hepatopankreas. Pleopod merupakan organ yang cocok untuk mendeteksi secara PCR pada indukan [8]
    Diagnosa banding
    Nodavirus yang menyebabkan penyakit PvNV (Penaeus vannamei Noda Virus) memiliki 69% kemiripan sekuens asam aminonya dengan MrNV [4]. Gejala klinis serupa WTD juga ditemukan pada udang yang terinfeksi IMNV. Untuk membedakannya hanya dapat dilakukan dengan RT-PCR atay ISH [8]
    Pencegahan dan Pengendalian
    Pengobatan dari penyakit ini belum ditemukan. Usaha yang dapat dilakukan adalah membatasi penyebaran penyakit didukung dengan penanganan benih yang baik [1]. Ketepatan pakan dan kualitas lingkungan yang baik dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini [2].Penyakit ini dapat ditularkan secara vertikal, oleh karenanya perlu dilakukan skrining indukan, telur, larva. Eliminasi karier seperti artemia serta udang-udang lain yang ada di tambak. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan meningkatkan biosekuriti. Penggunaan UV atau ozon pada air disertai 10ppm iodine untuk perendaman telur.  Pada bagian inlet dan outlet harus dipersiapkan filter ketat untuk hygiene. Pakan lebih baik menggunakan pakan kering komersial. Sistem pengairan juga ada baiknya menggunakan zero water system atau resirkulasi tertutup [5]
    Pada tahun 2013, publikasi oleh Senapin et al menyatakan bahwa udang vaname dapat terinfeksi campuran IMNV dan MrNV. Apakah koinfeksi ini menyebabkan kematian yang tinggi pada udang dewasa dibandingkan dengan infeksi IMNV belum diketahui secara pasti. Namun MrNV sendiri dapat menyebabkan kematian yang signifikan pada juvenil P. Vannamei  dan PL P. Monodon, dan P. Indicus. Oleh karena itu direkomendasikan tidak melakukan budidaya udang vaname dan udang galah dalam satu wadah atau berdekatan untuk menghindari resiko berpindahnya MrNV dari udang galah ke udang vaname [8].
    Immunostimulan dan RNA interference telah dikembangkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap infeksi nodavirus. Recombinant capsid (r-MCP) melalui penelitian oleh Farook  et al (2014) mampu menstimulasi sistem imun udang untuk mengendalikan WTD. Penelitian lain oleh Sahoo et al (2012) menyatakan bahwa protein RdRp  (RPs) berpotensi menurunkan jumlah virus pada udang yang terinfeksi MrNV. Penggunaan Brewer’s yeast dan nukleotida dapat meningkatkan respon imun dan ketahanan terhadap infeksi MrNV-XSV. Brewer’s yeast merupakan fungus yang mengandung berbagai material imunostimulan seperti beta glucan, asam nukleat, oligosakarida mannan yang digunakan sebagai bahan pakan tambahan. Tingkat kelulushidupan udang galah yang diberi pakan 1% Brewer’s yeast cukup tinggi ketika diinfeksi dengan MrNV-XSV. Nukleotida dalam pakan akan meningkatkan respon imun dan meningkatkan resistensi terhadap infeksi MrNV-XSV [8].
    Referensi
    1. Supriyadi, S. 2013. MrNV Menyerang Udang Galah. Majalah INFHEM volume 2 no.2 Januari 2013.
    2. Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
    3. Thitamadee, S., Anuphap Prachumwat, Jiraporn Srisala, Pattana Jaroenlak, Paul Vinu Salachan, Kallaya Sritunyalucksana, Timothy W. Flegel, Ornchuma Itsathitphaisarn. 2015. Review of Current Disease Threats for Cultivated Penaeid Shrimp in Asia. doi: 10.1016/j.aquaculture.2015.10.028
    4. Bonami, J.R. dan Widada, J.S. 2011. Viral Diseases of The Giant Fresh Water Prawn Macrobrachium rosenbergii: A Review. Journal of Invertebrate Pathology 106 (2011) 131-142 doi:10.1016/j.jip.2010.09.007
    5. Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.

    6. Komsil Pholdaeng, Jackapop Maungma, Jaruporn Sriyala, Photchanathorn Prombun,Wansika Kiatpathomchai. A Preliminary Search for Carriers of Macrobrachium rosenbergii Nodavirus (MrNV) Using Loop-Mediated Isothermal Amplification (LAMP) in Roi Et Province of Thailand. Roi et Rajabhat University

    7. Hameed, A.S.S. White Tail Disease (WTD) of Macrobrachium rosenbergii. OIE Reference Laboratory for WTD, presentation
    8. Kibenge, F.S.B. dan Godoy, M.G. 2016. Aquaculture Virology. Academic Press



    No comments:

    Post a Comment