-->

atas

    Thursday 11 October 2018

    Pengambilan sampel Ikan dan Udang

    Pengambilan sampel ikan dan udang merupakan suatu prosedur yang dilaksanakan ketika melakukan kegiatan monitoring kesehatan ikan dan udang. Aktifitas ini bersifat wajib apabila di lokasi yang dipantau terdapat kasus kematian ikan dan udang, apalagi jika lokasi tersebut merupakan suatu perairan umum. Pengambilan sampel menjadi penting sebab menentukan keakuratan dalam penentuan diagnose suatu penyakit. Petugas pengambil contoh dituntut untuk dapat bergerak cepat dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan sampel. Pengambilan sampel tidak semata-mata diambil untuk diamati saja, namun ini berkaitan dengan bagaimana melakukan pengambilan sampel, penanganan, hingga sampel tersebut sampai di laboratorium dan dapat dianalisa. Beberapa hal yang patut diperhatikan ketika melakukan pengambilan sampel antara lain kondisi sampel, organ target, tehnik pengambilan sampel, jumlah sampel, alat dan bahan pengambilan sampel, data sekunder, tehnik penanganan sampel, tehnik pengiriman sampel.

    Kondisi Sampel
    Pengambilan sampel untuk pemeriksaan penyakit ikan memiliki tehnik yang tidak dapat diabaikan. Kondisi ikan yang disampling sangat menentukan keakuratan hasil pengujian laboratorium. Kondisi ikan sampel juga sangat berkaitan erat dengan persyaratan dari masing-masing pengujian. Setiap pengujian memiliki standar yang harus dipenuhi, ada yang mengharuskan kondisi hidup, adapula yang bisa dalam kondisi dibekukan atau diawetkan.


    Jenis pengujian
    Kondisi sampel
    parasitologi
    Hidup atau mati segar
    bakteri
    Hidup atau beku
    Histologi
    hidup
    virus
    Hidup atau beku

    Organ target yang disampling
    Pada pengambilan sampel, sampel tidak selalu diambil dalam kondisi utuh (per ekor). Kadang kala pengambilan sampel hanya membutuhkan sebagian kecil dari organ yang dibutuhkan untuk pengujian tertentu. Pada kasus-kasus tertentu, tidak seluruh organ ikan harus diambil sampelnya namun hanya organ targetnya saja. Misalnya pada kasus KHV, organ yang wajib diambil adalah insang, sedangkan pada kasus VER, organ mata dan otak menjadi sampel yang harus diambil. Organ lainnya bersifat pendukung yang tidak harus selalu diambil sampelnya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai organ target dari patogen sangatlah penting. Pengambilan sampel dengan organ target yang tepat akan mempermudah untuk memperoleh diagnosa yang akurat.

    Tehnik Pengambilan Sampel
    Cara pengambilan sampel ini tidaklah sembarangan. Antara sampel yang berkaitan dengan monitoring, emergensi, dan surveilans sangatlah berbeda.
    ·         Acak/ random
    Pada pengambilan sampel ini ikan diambil secara acak tanpa memperhatikan ada tidaknya gejala klinis. Setiap unit dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terambil.

    ·         Judgement
    Pengambilan sampel ini memperhatikan ada tidaknya gejala klinis yang muncul. Ikan yang diambil hanya ikan yang memiliki gejala klinis saja

    Kebanyakan pada pengambilan sampel, ikan yang diambil harus dimatikan untuk diambil organnya. Metode semacam ini disebut lethal sampling. Namun pada kondisi tertentu misalnya pada komoditas bernilai tinggi atau indukan pengambilan sampel harus dilakukan tanpa mematikan ikan. Metode ini disebut dengan non lethal sampling.

    Jumlah Sampel
    Jumlah sampel yang diambil untuk pemeriksaan penyakit ikan pada berbagai literature memiliki standar yang berbeda-beda. Meskipun berbeda-beda namun pada intinya jumlah sampel ini harus sudah mewakili terhadap populasi ikan. Hal yang terpenting dalam pengambilan sampel untuk kasus penyakit tak hanya berpatokan pada jumlah sampel namun mendapatkan ikan yang sakit atau terinfeksi meskipun dalam jumlah sedikit. Penentuan jumlah sampel untuk tujuan surveilans harus mematuhi kaidah-kaidah epidemiologi sehingga hasil yang didapatkan lebih spesifik dan terukur. Pada kaidah surveilans unit yang akan diambil disebut dengan unit of interest. Unit ini dapat berupa kolam, tambak, pembudidaya, kecamatan, ikan, dll yang membentuk populasi tersebut
    a. pemeriksaan rutin
    Pengambilan sampel pada pengecekan kesehatan rutin, jumlah sampel yang diambil untuk komoditas udang windu, bandeng, kakap putih, kerapu tikus, kerapu macan adalah 15-25 ekor.

    b. pemeriksaan penyakit ikan
    Lukistjowati (2005) menyebutkan bahwa sampel ikan untuk pemeriksaan parasit ikan berjumlah 10-15 ekor. Pada dugaan penyakit virus atau bacterial dibutuhkan sampel sebanyak 3-10 ekor. Sedangkan pada pemeriksaan bahan pencemar dibutuhkan 3-5 ekor ikan. Petunjuk teknis pengambilan sampel yang dipublikasikan oleh BPBL Lampung (2007) mensyaratkan sebanyak 25-30 ekor ikan untuk pemeriksaan parasit agar dapat mewakili pervalensi sebesar 10%. Standar yang diterapkan oleh OIE untuk pengambilan sampel tujuan pemeriksaan penyakit adalah sebesar 2% atau 5% dari pervalensi 95%. Adapula yang menggunakan tabel Amos untuk jumlah sampel terambil.

    c. Pemeriksaan kasus penyakit
    Pada suatu kejadian kematian ikan, jumlah minimal sampel yang diambil adalah sebanyak 10 ekor ikan yang baru saja mati atau 10 ekor ikan dengan gejala klinis. Ikan sebaiknya langsung dilakukan preparasi dan fiksasi di lapangan. Apabila tidak memungkinkan  ikan dapat dikemas dalam wadah terpisah seperti pada penyiapan sampel jarak jauh. Pada lokasi dimana terdapat kematian ≥ 0,5%/hari, 10 ekor ikan yang sekarat harus disampling untuk mendeteksi patogen dan mendiagnosa. Apabila tidak terdapat kasus kematian atau gejala klinis, maka untuk ikan lebih dari 60 ekor potensi terdeteksi infeksi <5%. Namun jumlah sampel yang dapat terambil antara 10-60 ekor. Khusus indukan, jika dibutuhkan pengamatan penyakit, maka minimal 60 sampel dari ikan yang memijah dibutuhkan untuk mendeteksi patogen (prevalensi 5%, tingkat kepercayaan 95%).

    Jumlah populasi
    Tingkat kepercayaan
    5%
    10%
    50
    29
    20
    100
    43
    23
    250
    49
    25
    500
    54
    26
    1000
    55
    27
    2500
    56
    27
    5000
    57
    27
    10.000
    57
    27
    100.000
    57
    30
    >100.000
    60
    30
       Sumber: Kabata (1985), Ossiader dan Wedemeyer (199) dalam Frerrich dan Millar (1993)

    Disamping seperti metode di atas, ada pula yang membagi sampel berdasarkan kelompok umur/ ukuran dan spesies. Lingkungan dan spesies yang berbeda menyebabkan kecepatan pertumbuhan yang berbeda pula. Beberapa jenis patogen juga ada yang hanya terdeteksi pada ikan ukuran dan spesies tertentu. Oleh karenanya jika suatu instalasi atau lokasi budidaya terdapat ikan dengan berbagai ukuran, setidaknya ikan dibagi menjadi kelompok berdasarkan ukuran/ umur, bergantung jenis patogennya. 


    Kategori pengelompokan ikan untuk pengambilan sampel
    pengelompokan
    Total panjang
    Umur
    benih
    <4cm
    0-3 bulan
    tokolan
    4-6cm
    4-12 bulan
    dewasa
    >6cm
    Bukan indukan, >12 bulan
    indukan
    >6cm
    Dewasa kelamin, >12 bulan, digunakan sebagai indukan

    Waktu pengambilan sampel
    Lukistjowati (2005) dalam bukunya menyatakan bahwa sampel ikan sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00-09.00.

    Alat dan bahan pengambilan sampel
    -          Scoopnet/ gayung
    -          Wadah ember/baskom
    -          Air media
    -          Plastik
    -          Oksigen
    -          Kardus, styrofoam

    Jarak Pengambilan sampel
    Metode pengambilan sampel harus memperhatikan jarak yang akan ditempuh oleh sampel. Hal ini penting sebab perlakuan antara sampel yang berasal dari lokasi yang dekat dan jauh sangatlah berbeda.
      Jarak dekat (≤ 5 jam)-          Siapkan wadah yang berisi air media secukupnya-          Tentukan lokasi pengambilan sampel (minimal 3)-          Ambil ikan/ benih dengan gayung atau scoopnet, masukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan

       Jarak jauh (≥5 jam)
    -          Siapkan wadah berisi air media secukupnya
    -          Tentukan lokasi pengambilan sampel (minimal 3)
    -          Lakukan pengambilan prosedur pengiriman sampel

    Pengiriman sampel
    Kadangkala suatu sampel tidak bisa langsung diperiksa di laboratorium. Beberapa kendala kerap dijumpai seperti keterbatasan alat, bahan, hingga waktu dan jarak. Sampel terkadang harus dikirimkan ke laboratorium lain yang memiliki kapasitas lebih baik. Terkait dengan hal ini dibutuhkan standar dalam pengiriman sampel. Sampel yang dikirim harus dijamin dalam kondisi baik hingga tiba di lokasi yang dituju. Guna menjamin hal tersebut, petugas perlu dibekali tehnik pengawetan dan packaging yang baik sehingga sampel tidak rusak saat dibawa.
    • Ikan hidup/mati segar dapat dibungkus dengan aluminium foil kemudian dibekukan sebelum dibawa (untuk pemeriksaan parasite).
    • Pada pemeriksaan bakteriologi harus dilakukan segera setelah ikan mati. Jika tidak, data akan menjadi bias dan tidak akurat. Namun apabila dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk diambil sampel segera, ikan dapat dimasukkan di refrigerator terlebih dahulu sebelum dikemas.
    • Pemeriksaan virus dan histopatologi ikan dapat diawetkan dengan segera.
    • Pada pemeriksaan virus ikan dapat dibekukan. Ikan dimasukkan ke dalam wadah plastic yang berbeda. Kemudian dimasukkan ke dalam freezer sampai beku. Setelah beku, dilakukan pengepakan menggunakan Styrofoam. Diantara sampel ditambahkan dry ice atau gell ice  atau es batu untuk menjaga suhu. Jika sampel akan dilakukan kultur sel, maka dalam 72 jam harus sudah diinokulasi. Jika tertunda >24 jam, jaringan tidak lagi dapat digunakan.
    Pengiriman Sampel Ikan Hidup (untuk seluruh pemeriksaan) harus memperhatikan hal-hal berikut:
    a. Ikan sehat dan ikan sakit dipisahkan
    b. Masukkan ikan ke dalam plastik, diberi oksigen dan atau aerasi (perbandingan 1:1) bila waktu tempuh tidak terlalu lama.
    c. Bila cuaca cukup panas, masukkan ke dalam  kotak styrofoam atau termos yang diisi es(suhu diatur 22 – 24 C)

    Data Sampel
    Bersamaan dengan pengambilan sampel, informasi mengenai sampel juga harus turut disertakan untuk memperoleh data secara komprehensif. Data-data yang harus diambil dan dicatat antara lain::
    - nama dan pemilik sampel
    - lokasi pengambilan sampel
    - nama kolam/ wadah budidaya yang diambil
    - untuk sampel air, beri label untuk kolam, inlet/ outlet, sumber
    - jenis, umur/ukuran, asal benih dari ikan
    - populasi ikan
    - jumlah sampel yang diambil

    Tata Kelola Sampel
    Pada pengambilan sampel, sampel yang telah diambil harus disusun sebaik mungkin sehingga tidak membingungkan pengambil sampel. Penyusunan sampel ini juga harus berdasar pada tehnik pengambilan sampel apakah secara acak atau random. Apabila dari satu lokasi mengambil sampel dari beberapa stadia dari beberapa kolam, maka sampel dari tiap kolam yang diambil dikelompokkan berdasarkan ukuran/umur. Hal ini penting sebab beberapa jenis patogen hanya menyerang pada stadia/ umur tertentu. Tak lupa juga harus menuliskan data kolam baik nama, populasi, ukuran, jenis secara jelas pada wadah sampel.

    Untuk dibaca

    Anonim. Brosur hama penyakit ikan

    Lukistyowati, I. 2005. Tehnik pemeriksaan Penyakit Ikan. Unri Press: Pekanbaru
    Purnomowati, R., Brite, M., Nugroho, F., Apriady, D.P. 2007. Teknik Pengambilan Sampel Ikan dan Udang untuk Pemeriksaan Penyakit Ikandalam Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 2007. Petunjuk Teknis Pengambilan Sampel. Seri Budidaya Laut no 15

    Tusihadi, T., Kurniastuty, Dewi, J. 2007. Preparasi dan Pengelolaan Sampel dalam Pemeriksaan Penyakit dalam Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. 2007. Petunjuk Teknis Pengambilan Sampel. Seri Budidaya Laut no 15

    Harper, C. dan Lawrence, C. 2011. The laboratory of Zebrafish. CRC Press: New York

    Heil, N.P. 2004. Chapter 2: Sample Collection and Submission. NWFHS Laboratory Procedures Manual Second Edition.

    USFWS/AFS-FHS. 2004. Chapter 2: Sampling dalam Standard Procedures for Aquatic Animal Health Inspection




    No comments:

    Post a Comment