-->

atas

    Rabu, 20 Agustus 2025

    Enteric Red Mouth (ERM) Disease pada ikan salmon

    Nama lain:  Hagerman redmouth disease, yersiniosis  atau salmonid blood spot [1]

    Etiologi/ penyebab
    Hagerman strain serotipe 01a, serotipe 01 clonal group 5  dari Yersinia ruckeri, bakteri gram negatif motil, batang 0.5-0.8 x 1.0-3.0 μm [1]. Bakteri ini dapat hidup di sedimen berbulan-bulan. Terdapat 6 serovar dari Y. ruckeri dari I hingga VI. Serovar I paling banyak ditemukan, namun tidak semuanya patogenik [4]. Pada uji biokimia, bakteri menunjukkan sitokrom oksidase negatif, asam, tidak menghasilkan gas dari glukosa, positif ornitin dan lisin dekarboksilase, tetapi tidak untuk arginin dihidrolase, positif aglutinase [6].

    Hospes 
    Rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) merupakan spesies yang paling serius terinfeksi. Semua ikan salmon rentan terhadap penyakit ini. Beberapa ikan non salmon baik tawar maupun laut juga rentan meskipun tidak menimbulkan kematian signifikan. Spesies tersebut antara lain,  channel catfish, whitefish, sturgeon, eels, pike, gudgeon, perch, turbot, fathead minnow, emerald shiner [1]. Bakteri ini juga pernah diisolasi pada ikan mas koki, ikan ms, coal fish, dan atlantic char. Invertebrata akuatik seperti crayfish dan mamalia laut (muskrat) dapat menampung bakteri ini dalam jumlah besar [4].

    Stadium rentan
    penyakit menyerang ikan segala usia, namun ikan muda yang terlalu berlemak dan stress lebih umum terinfeksi [1]. Ikan rainbow trout berukuran ~ 7,5cm mudah terinfeksi. Sedangkan infeksi kronis lebih banyak terjadi pada ikan ukuran lebih dari 12,5cm.

    Epizootiologi
    Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Amerika Utara pada tahun 1950 dan kemungkinan berpindah ke Eropa pada tahun 1983. Penularan terjadi secara horizontal. Ikan yang digunakan sebagai pakan untuk mamalia dan burung, ikan, sampah, air, sedimen kolam, dan invertebrata menjadi vector atau reservoir infeksi. Ikan yang mampu bertahan dari infeksi dapat menjadi karier yang dapat melepaskan banyak bakteri pada kondisi stress[1]. Tingkat keparahan infeksi, bergantung pada virulensi strain dan tingkat stess lingkungan. Mortalitas biasanya terjadi hingga 60 hari dan >75% ikan yang pulih menjadi karier. Infeksi subklinis dapat terjadi dari ikan yang melepaskan bakteri melalui usus bawah. Penularan secara vertikal dari penyakit ini belum diketahui [4]. Penularan Y. ruckeri juga diyakini berkaitan dengan vektor invertebrata akuatik dan burung [5].

    Faktor pendukung
    Penyakit ini cenderung terjadi pada ikan stress yang disebabkan oleh buruknya kualitas air seperti suhu yang meningkat, stress grading dan penanganan [2]. Infeksi biasanya terjadi beberapa gari setelah ikan mengalami stress. Masa inkubasi terjadi pada suhu 15oC selama 1 minggu [4]. Outbreak biasanya terjadi pada musim panas ketika suhu >10oC [1]

    Gejala Klinis
    Gejala klinis tidak spesifik, serupa dengan infeksi bakteri gram negatif lainnya. Penyakit ini dapat berlangsung secara per akut, akut, dan kronis. Pada kasus perakut, ikan dapat mati dengan gejala yang minim atau tanpa gejala klinis [2]. Pada kasus yang lebih kronis, penyakit ini dicirikan dengan hemoragi septicemia, hilangnya nafsu makan, pola berenang abnormal, emasiasi, pembesaran abdomen dan ascites, warna kehitaman. Bagian kepala berwarna merah (area hemoragi pada seluruh foramen frontal), operculum, dan mulut dari hemoragi sekitar mulut dan kepala. Warna kemerahan terdapat pada bagian ventral dan dasar sirip. Bagian mata mengalami hemoragi (terkadang terlihat cincin hemoragi di sekitar mata) dan eksopthalmia, serta hemoragi internal. Usus bagian bawah hemoragi dan radang, material usus tebal, opaq, dan purulen [1].


    Gb. Petekie pada jaringan peripankreatik ikan rainbow trout (Bruno et al., 2010)

    Gb. Hyphema pada mata (Roberts, 2012)

    Perubahan patologi/patologi klinis
    Pada nekropsi, penyakit ERM ditandai dengan kongesti, hemoragi internal, petekie pada membran serosa, hemoragi usus, pembengkakan ginjal dan limpa. Pengamatan histologi ditandai dengan hemoragi, kongesti, edema, koloni bakteri pada berbagai jaringan termasuk otak dan insang. Pada ginjal teramati foki nekrosis dengan koloni bakteri, terutama pada bagian glomerulus dan limpa [2]. Pada kasus akut, dicirikan dengan infiltrasi leukosit yang berat sedangkan pada kasus kronis, teramati adanya granuloma [3]. Pada pengamatan patologi klinik, terjadi leukositosis, retikulositosis, hematokrit rendah, dan total protein plasma rendah [4].

    Gb. Koloni bakteri pada pembuluh darah glomerulus dan terdapat penebalan membrana basalis (Bruno et al., 2010)

    Patogenesis
    Bakteri masuk ke tubuh ikan melalui lamella insang kemudian menyebar ke usus, ginjal, hati, limpa, otak, dan jantung melalui darah [5].

    Diagnosa banding
    Furunkulosis, infeksi Aeromonas dan gram negatif lainnya [1], parasit internal, dan penyakit lain yang ditandai dengan anoreksia [5].

    Metode Diagnosa
    Isolasi organ internal yang diikuti dengan kultur dan uji biokimia, PCR, dan Histopatologi dapat menjadi acuan diagnosa [1]. Kultur bakteri Y. ruckeri dapat dilakukan dengan media TSA atau agar darah pada suhu 22oC [2]. Ginjal menjadi organ terbaik untuk diisolasi  [4]. Metode IHK, FAT, ELISA dapat digunakan sebagai konfirmasi diagnosa penyakit ini [2].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Tindakan pengendalian dilakukan dengan vaksinasi, menerapkan standar higienitas, menyingkirkan ikan yang mati, mengurangi stress, dan treatmen antibiotik [1]. Disinfeksi dengan klorin pada sumber air, saluran, pipa, dapat menghilangkan potensi ikan dan invertebrata karier [6]. Oksitetrasiklin menjadi pilihan utama untuk ikan konsumsi, namun sayangnya kebanyakan bakteri sudah resisten. Ormetoprim-sulfadimethoxine dapat menjadi alternatif meskipun harganya lebh mahal.Pembudidaya juga harus berhati-hati terhadap karier dengan menjaga sumber air bebas dari karier. Telur yang terinfeksi dari indukan dapat ditreatmen dengan antiseptik. Meskipun tidak praktis, menaikkan salinitas hingga 9ppm diyakini dapat menurunkan kematian pada rainbow trout. [4]

    Referensi

    1. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 2004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
    2. Bruno, D.W., P.A. Noguera, T.T. Poppe. 2010. A Colour Atlas of Salmonid Diseases Second Edition. Springer: London
    3. Roberts, R.J (Ed). 2012. Fish Pathology 4th Ed. Wiley-Blackwell: UK
    4. Noga, E J. 2010. Fish disease : diagnosis and treatment / Second Edition. Blackwell Publishing
    5. Smith, S.A (Ed). 2019. Fish Disease and Medicine. CRC Press:  Boca Raton
    6. Warren, J.W. 1983. Chapter 24: Enteric Red Mouth Disease. Dalam Meyer, F.., J.W. Waren, T.G. Carey (ed). 1983. A Guide to Integrated fish health management in the great lakes basin. Great lake fishery commision. Michigan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar