Amonia dalam perikanan merupakan produk metabolisme protein pada
ikan yang diekskresikan melalui insang dan ginjal. Amonia juga dikeluarkan Bersama dengan urin
dan feses. Ikan mengeksresikan metabolit
amonia sebanyak 50-100mg/kg berat badan setiap harinya. Kadar amonia akan
meningkat beberapa jam setelah pemberian pakan pada ikan. Pada kolam-kolam yang
sudah bertahun-tahun digunakan, bahan organik akan terdeposit di dasar kolam
dan menghasilkan bahan berbahaya yang salah satunya adalah amonia. Kadar amonia
juga dapat meningkat akibat pemberian pakan berlebih sehingga jumlah amonia
yang diekskresikan meningkat tanpa diimbangi dengan jumlah bakteri dekomposer. Amonia
juga dapat berasal dari alga atau tanaman air yang mati. Pada kasus tertentu
seperti blooming alga, ketika alga tersebut mati, kadar amonia akan meningkat
dengan cepat karena proses dekomposisi alga berlangsung cepat sehingga
menurunkan kadar oksigen dan pH lalu meningkatkan amonia dan konsentrasi karbondioksida.
Amonia
masuk dalam salah satu komponen siklus nitrogen yang prosesnya disebut
nitrifikasi. Dalam air, amonia akan digunakan oleh bakteri autotrof sebagai
sumber energi. Amonia dioksidasi oleh bakteri Nitrosomonas menjadi nitrit (NO2)
yang bersifat toksik bagi ikan. Bakteri nitrifikasi lainnya (Nitrobacter) akan
mengubah nitrit menjadi nitrat (NO3) yang terakumulasi di air.
Nitrat dapat ditoleransi oleh sebagian besar ikan atau dipergunakan oleh
tanaman. Ikan terkadang memakan bahan asal tanaman. Kadar amonia akan meningkat
akibat produk buangan dari ikan. Bakteri akan memetabolisme amonia ini sehingga
kadarnya turun namun kadar nitrit akan naik. Bakteri lain kemudian akan
memetabolisme nitrit ini menjadi nitrat. Kadar nitrat akan terus meningkat
kecuali jika dibuang dari sistem budidaya.
Dalam air amonia terlarut dalam dua bentuk yaitu ion ammonium (NH4+)/ terionisasi dan ammonium bebas (NH3)/ tidak terionisasi. Ion yang tidak terionisasi/ amonia bebas ini berbahaya bagi ikan. Kadar ammonium bebas akan meningkat jika pH tinggi (alkalin), suhu tinggi, dan salinitas rendah.
Dalam air amonia terlarut dalam dua bentuk yaitu ion ammonium (NH4+)/ terionisasi dan ammonium bebas (NH3)/ tidak terionisasi. Ion yang tidak terionisasi/ amonia bebas ini berbahaya bagi ikan. Kadar ammonium bebas akan meningkat jika pH tinggi (alkalin), suhu tinggi, dan salinitas rendah.
Tolerasi terhadap Amonia
Setiap spesies memiliki perbedaan kerentanan
terhadap amonia. Telur dan larva ikan sangat sensitif terhadap amonia meskipun
dalam kadar rendah. Batas lethal amonia belum terionisasi bagi ikan akuarium
air tawar adalah 0,2-0,5 mg/L. Di bawah kadar ini masih mampu bertahan hidup
namun kondisi ini mengakibatkan stress dan rentan mengalami infeksi sekunder.
Oleh karenanya kadar amonia sebaiknya dijaga hingga 0mg/L. Literatur lain
menyebutkan batas amonia dalam air tidak boleh lebih dari 0,05mg/L pada ikan
tropis. Paparan amonia kadar subletal akan meningkatkan toleransi terhadap amonia.
Toksisitas
Amonia bebas bersifat toksik
bagi ikan dibandingkan amonium. Pada ikan yang keracunan amonia, ikan akan
kehilangan kelembapan, fungsi fisiologis terganggu, dan kehilangan nafsu makan.
Pada kasus fatal, ikan akan mengalami kematian. Penyebab meningkatnya amonia
yang dapat memicu timbulnya keracunan antara lain:
- Filter yang belum terbentuk (jumlah
bakteri nitrifikasi belum cukup/ sesuai untuk memetabolisme amonia)
- kepadatan tinggi (produksi amonia terlalu tinggi)
- Dekomposisi (ikan / tanaman mati, pakan
berlebih)
- Pakan berlebih
- rusaknya filter
biologis (oleh penggunaan antiibakterial, kerusakan pompa, atau filter)
Tingkat toksisitas amonia
bergantung pada spesies, kadar garam, tingkat paparan amonia, lama paparan, dan
pengaruh aklimasi yang diberikan sebelumnya. Pada perairan laut, tingkat
toksisitas amonia 30% lebih rendah daripada lingkungan air tawar (Bahasan
mengenai toksisitas ammonia ada di postingan selanjutnya)
Pengukuran amonia:
- test kit (colorimetric)- ion-specific photometer
Pengukuran amonia sebaiknya dilakukan
setiap minggu, terutama pada sistem budidaya dengan jumlah pakan tinggi.
Pengukuran dilakukan setiap sore, saat dimana nilai pH tinggi dan amonia berpotensi
menimbulkan keracunan. Jika kepadatan ikan cukup tinggi, pengukuran amonia
harus dilakukan lebih sering, 10-14 hari atau setiap minggu. Bila ikan dalam
kondisi sakit, amonia juga hrus diukur. Kebanyakan kit untuk amonia menghitung
kadar TAN (total amonia nitrogen). Untuk menghitung fraksi amonia yang terion
atau tidak, membutuhkan pengukuran pH dan suhu. Nilai amonia akan diperoleh
jika nilai TAN, pH, dan suhu disatukan.(tabel)
Referensi
AFCD.
2009. Environmental Management of Pond Fish Culture. Aquaculture Fisheries
Division
Skomal,
G. 2007. Saltwater Aquarium for Dummies 2nd
Edition. Wiley Publishing
Wakefield, R (Ed). 2014. Tilapia Biology, Management
Practices And Human Consumption. Nova Publisher: New York
Wildgoose,
W.H. 2001. BSAVA Manual of Ornamental Fish. British Small Animal Veterinary
Association
Francis-Floyd,
R., Craig Watson, Denise Petty, Deborah B. Pouder. Amonia in Aquatic Sistems.
IFAS Extension University of Florida
Hargreaves,
J.A. dan Tucker, C.S. 2004. Managing Amonia in Fish Ponds. SRAC
Publication No. 4603
nice info terimakasih banyak
ReplyDeletethank you the information provided by the author is very helpful, and I really like it because of the author's consistency in writing information
ReplyDeleteI have read your writings and I have read articles on this topic in several articles from other sources. I got a lot of information from your writing, is there any other suggestions you can convey regarding the theme of your writing? so that I can get more and more complete information.
ReplyDeleteI certainly thank you for writing this article well, hopefully it will become a reference in journals or other scientific writings and can help many people. thanks.