-->

atas

    Tampilkan postingan dengan label pemeriksaan klinis. Tampilkan semua postingan
    Tampilkan postingan dengan label pemeriksaan klinis. Tampilkan semua postingan

    Selasa, 10 Juni 2025

    Pengamatan klinis pada moluska

    Sama halnya dengan spesies akuatik lainnya, pengamatan klinis pada moluksa harus dilakukan setiap kali mengamati status kesehatan. Sebelum dilakukan pengamatn, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data lapangan yang meliputi:

    - Lokasi budidaya/ lokasi pengambilan sampel
    - Jenis spesies

    Metode dan prosedur
    Pada moluska, pengamatan klinis dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:

    Rabu, 11 April 2018

    Basic Pemeriksaan dan Diagnosa Penyakit Pada Ikan

    1. Anamnesa
    2. Pemeriksaan klinis
      Pemeriksaan ini meliputi pengamatan perilaku dan pemeriksaan klinis secara eksternal. Berat dan panjang ikan dicatat. Seluruh perubahan dan abnormalitas yang teramati dicatat.
    3. Pemeriksaan insang dan kulit untuk ektoparasit
    4. Pengambilan sampel darah (jika dibutuhkan). Lakukan pembuatan preparat apus darah. Bila ingin memeriksa kimia darah, lakukan pengawetan.
    5. Pengambilan sampel untuk jamur jika terdapat indikasi infeksi jamur. Buat preparat basah atau isolasi pada media jamur
    6. Pengambilan sampel untuk bakteri jika terdapat lesi eksternal

    Rabu, 31 Januari 2018

    Pemeriksaan klinis pada ikan


    Pemeriksaan klinis merupakan suatu pemeriksaan yang harus dan wajib dilakukan dalam pemeriksaan penyakit ikan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya keabnormalitasan fisik dan perilaku. Data dari pemeriksaan klinis ini menjadi sangat penting sebab dapat menjadi suatu informasi untuk menduga arah penyakit sehingga muncullah diagnosa banding yang nantinya dapat mengerucut ke diagnosa definitif. Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan baik ketika ikan masih berada di dalam air  (in situ) ataupun setelah diletakkan di wadah pengamatan. Pengamatan secara in situ tidak membutuhkan alat bantu khusus namun pengamatan ini membutuhkan pengalaman dan keahlian untuk dapat mengenali tampilan ikan yang abnormal.

    Kamis, 21 Desember 2017

    Referensi: BSAVA Manual of Ornamental Fish



    Judul buku          : BSAVA Manual of Ornamental Fish
    Editor                   : William H Wildgoose
    Penerbit              : British Small Animal Veterinary Association
    Ketebalan buku : 312 halaman
    Tahun terbit       : 2002
    Edisi                     : 2
    ISBN                    : 978-0-905214-573


    Deskripsi:
    Buku ini merupakan salah satu referensi ditulis oleh para kontributor yang berasal dari Inggris maupun Amerika Serikat. Buku ini sebagian besar membahas mengenai manajemen kesehatan pada ikan hias. Bagian I meliputi aspek lingkungan budidaya pada ikan hias. Bagian II diarahkan pada pemeriksaan klinis, diagnostik, dan laboratorium. Bagian III hingga IV membahas mengenai penyakit baik yang infeksius maupun non infeksius. Bagian V memaparkan penanganan, terapeutik, hingga prosedur pembedahan. Buku ini juga dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang memudahkan pembaca untuk dapat lebih memahami pokok bahasan.

    Minggu, 29 Oktober 2017

    Pemeriksaan klinis pada udang - bagian 2

    3. Pengamatan alat gerak
    Alat gerak merupakan bagian yang rentan rusak terutama bila kepadatan tinggi (bertabrakan oleh udang lain). Kerusakan alat gerak dapat menjadi portal masuknya bakteri, jamur, parasite yang kemudian memicu respon hemosit diikuti melanisasi. Bila penyebab mampu dihilangkan dan udang dalam lingkungan yang cukup nutrisi akan terjadi regenerasi alat gerak atau ujung alat gerak.

    4. Pengamatan kutikula
    Perubahan warna dapat terjadi di kutikula dan jaringan. Melanisasi kutikula dapat hilang saat molting dan digantikan kutikula baru. Melanisasi kutikula juga sering dikaitkan dengan fusariosis, mycobacteriosis, TSV, dan defisiensi vitamin C. Tak hanya di insang, pada kutikula juga kerap terjadi kolonisasi bakteri dan parasit. Adanya parasite patogen ataupun komensal mengindikasikan kondisi yang suboptimal atau mungkin ada suatu penyakit. Kutikula yang lunak bukan pada masa moulting mengindikasikan adanya infeksi. Kerusakan atau luka kutikula akan menjadi lokasi untuk masuknya infeksi patogen oportunistik (bakteri dan jamur) ke dalam jaringan yang lebih lunak lalu mengganggu kesehatan udang. Penyakit tertentu seperti White Spot Disease (WSD) dapat langsung mempengaruhi kutikula. Namun demikian bakteri juga dapat menimbulkan gejala serupa WSD dan Bacterial White Spot syndrome. Disamping perubahan warna, perubahan fisik kutikula juga dapat terjadi. Erosi atau hilangnya kutikula alat gerak (kaki, ekor, antenna, rostrum) dengan atau tanpa melanisasi juga mengindikasikan adanya penyakit. Kutikula juga dapat rusak akibat gesekan, serangan, gigitaan dengan udang lain apabila dalam kondisi kepadatan tinggi. 

    Kamis, 26 Oktober 2017

    Pemeriksaan klinis pada udang - bagian 1


    Pemeriksaan klinis merupakan suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan indikator suatu agen penyakit berdasarkan gejala klinis.

    Pada dasarnya penentuan diagnosa penyakit pada udang sulit ditegakkan sebab ada banyak sekali faktor yang berpengaruh dan menimbulkan kebingungan/ keambiguan. Munculnya infeksi ganda atau infeksi campuran disertai dengan pengaruh dari faktor lingkungan menambah sulitnya diagnosa dari pemeriksaan klinis. Tingkat eror atau kesalahan diagnosa  hanya dengan gejala klinis saja sangatlah tinggi. Namun demikian pemeriksaan klinis yang tepat akan sangat membantu menggiring diagnosa pada pengujian histopatologi atau pengujian lainnya. Berikut ini adalah pengamatan dan pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan pada udang.

    A. Uji di akuarium

                    Cara ini dilakukan dengan meletakkan udang yang memiliki gejala klinis ke dalam akuarium yang bersih, beraerasi, dan memiliki salinitas yang sama dengan tempat pemeliharaan udang sebelumnya. Kemudian tunggu respon dari udang. Apabila dalam waktu sekitar 2 jam udang kembali normal (gejala klinis hilang) dapat diduga kemungkinan faktor penyebabnya adalah kualitas lingkungan budidaya yang buruk.

    B. Pengamatan perilaku

                    Perilaku atau behavior merupakan salah satu bentuk pengamatan gejala klinis yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya stress atau penyakit. Perubahan perilaku udang paling mudah diamati oleh pekerja atau operator ditambak. Perubahan perilaku yang dapat diamati antara lain perilaku makan, berenang, dan udang yang berkumpul di titik tertentu. Bahkan keberadaan predator juga dapat terlihat pada perubahan perilaku udang. Pada pengamatan perilaku ini sangat penting bagi pembudidaya untuk mengetahui terlebih dahulu sifat dasar, karakter, dan perilaku dari udang. Apabila diperlukan pencatatan perubahan perilaku udang juga dapat dilakukan. Berikut ini adalah perubahan perilaku dan indikasinya yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan pengamatan perilaku.