-->

atas

    Friday 7 June 2019

    Necrotizing Hepato Pancreatitis Bacteria (NHPB)

    Nama lain
    Necrotizing hepatopancreatitis, NHP, Texas necrotizing hepatopancreatitis (TNHP), Texas pond mortality syndrome (TPMS), Peru necrotizing hepatopancreatitis (PNHP) [2].

    Hospes
    Litopenaeus vannamei, Farantopenaeus aztecus, Litopenaeus setiferus, Litopenaeus stylirostris and Farantopenaeus californiensis [4]

    Stadium rentan
    kematian teramati di tengah fase pembesaran  [7].

    Etiologi/ penyebab
    Bakteri intraseluler rickettsia-like, Alpha proteo bacteria, bakteri obligat pada sel hepatopankreas, gram negatif [2]. Terdapat dua jenis morfologi bakteri NHP yang menginfeksi hepatopankreas yakni: rickettsia-like berbentuk batang, 0,3µ x 0,9µm, tidak berflagela dan bakteri berbentuk helix 0,2 x 2,6-2,9µm, berflagella [4]


    Epizootiologi
    Pertama kali penyakit ini dilaporkan di Texas pada tahun 1985 kemudian menyebar ke seluruh Amerika hingga ke Asia. Bakteri ini menyerang secara horizontal, tidak secara vertikal [1]. NHP telah menyebar ke Ekuador dan Peru. Pada tahun 1995, bersamaan dengan air yang menghangat, salinitas tinggi  dan El nino, menyebabkan kematian (60-80%) pada P. vannamei dan P. stylirostris sepanjang ekuador. Dan dipercaya NHP menyebar melalui PL terinfeksi dari Amerika tengah hingga ke Peru dan Ekuador [1]. Bakteri NHP juga dapat dikeluarkan bersama feses. Udang yang terinfeksi NHP akan membawa bakteri sepanjang hidupnya. Penularan juga dapat terjadi melalui air yang terkontaminasi [7]. NHP belum pernah dilaporkan di Asia, namun dapat menyebabkan kerusakan signifikan bila ditularkan melalui udang yang tidak diperiksa dari Amerika Latin [1]. Penyakit ini menimbulkan kematian 90% 30hari dari kematian [2]

    Faktor pendukung
    Suhu dan salinitas berperan penting dalam munculnya penyakit ini. Suhu yang tinggi (>29-35oC) dan salinitas  antara 20-40ppt memicu perkembangan penyakit epizootic ini [4].

    Gejala Klinis
    Udang yang terserang NHPB hepatopankreasnya mengecil dan berwarna pucat/putih dengan garis kehitaman (melanisasi), teksturnya lunak dan berair (edema). Tubuh udang dan insangnya lembek, otot abdomen mengalami atrofi, insang dan kaki renangnya berwarna kehitaman. Pada permukaan tubuh teramati banyak organisme fouling. Gejala klinis udang terinfeksi NHP menyerupai bacterial shell disease dimana pada kutikula terdapat lesi ulcerative atau erosi alat gerak yang melanisasi [1,4,5]. Udang mengalami perlambatan pertumbuhan (usus kosong), letargi, anorexia, FCR buruk [2].

    Gb. Warna kehitaman pada bagian ventral tubuh udang (Pict. D.V. Lightner)
    Perubahan patologi
    Secara mikroskopis terdapat atrofi dan granuloma di hepatopankreas [2]. Bakteri intraseluler teramati secara massif pada tubulus hepatopankreas [4]. Sel-sel tubulus hepatopankreas mengalami perubahan bentuk dari kolumner hingga kuboid (atrofi) yang mengandung vakuola dengan sedikit atau  tanpa lipid (sel R) dan tidak ada vakuola sekretori (sel B). Agregasi hemosit terdapat pada tubulus hepatopankreas hingga terbentuk lesi granuloma multifocal [2,3,4]. Agregasi hemosit juga teramati pada ruang antar tubulus [7]. Lesi Sel epitel dalam foki granuloma mengalami hipertrofi dan mengandung massa bakteri basofilik pucat. Pada sel yang normal, nukleusnya mengalami piknosis. Di sitoplasmanya terdapat bakteria rickettsia-like yang bebas [4]. Tubulus HP mengalami sloughing. Edema juga terjadi pada area hepatopankreas [3]. Bakteri vibrio kerap teramati sebagai infeksi sekunder yang terdapat dalam lumen tubulus, beberapa sifatnya sistemik [4].

    Gb. Gambaran infeksi NHP terdapat infiltrasi hemosit, sloughing, dan pemipihan epitel
    (pict. Rio-Rodriguez, 2016)

    Diagnosa banding
    Bacterial shell disease, vibriosis, aflatoxicosis, TSV [2]

    Metode Diagnosa
    Pada metode wet mount, hepatopankreas hanya memiliki sedikit droplet lemak dan terdapat melanisasi. ISH, dot blot, TEM, PCR, histopatologi untuk metode diagnose lainnya [2]. Terdapat empat fase perkembangan penyakit yakni inisial, akut, transisi, dan kronis. Fase akut dan transisi ditandai dengan lesi patognomonik pada hepatopankreas. Diagnosa dengan tehnik molekuler membutuhkan sampel positif NHP fase inisial atau kronis [7].

    Pencegahan dan Pengendalian

    • Tindakan pencegahan terhadap penyakit ini antara lain:
    • Mengelola kualitas air secara teratur dan kontinyu
    • Memonitor dan mengelola dasar tambak secara intesif
    • Menjaga ketepatan waktu pemberian pakan dan kualitas pakan
    • Membatasi kepadatan penebaran benur
    • Mendeteksi secara teratur gejala serangan NHPB
    Penggunaan antibiotik oksitetrasiklin (1,5gr bahan aktif/kg pakan) dalam pakan merupakan pengobatan terbaik, terutama bila penyakit terdeteksi lebih dini [3,6]. Pada beberapa kasus penggunakan kapur Ca(OH)2 pada dasar selama persiapan tambak dapat membantu menurunkan kejadian NHP.  Tindakan pencegahan seperti  pembalikan tanah, membuang sedimen, memperpanjang waktu pengeringan selama beberapa minggu, disinfeksi peralatan budidaya menggunakan kalsium hipoklorit serta pengapuran dapat membantu mencegah kejadian NHP [3]. Sampling secara periodik akan membantuk mendeteksi secara dini. Sebagai upaya pencegahan lainnya adalah dengan tidak melakukan budidaya dalam air bersalinitas lebih dari 25ppt [6].

    Referensi
    [1] Amri, K. dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname: Secara Intensif, Semi Intensif, dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
    2. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 1004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia

    3. Reantaso M G., B.,  Mcgladdery S E, Subangsinghe. 2001. Asian Diagnostic Guide to Aquatic Animal Diseases. FAO Fisheries Technical Paper, No. 402, supplement 2. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), Rome, Italy, 240 pp.

    4. Lightner, D.V (Ed). 1996. A Handbook of Shrimp Pathlogy and Diagnostic Procedures For Diseases of Cultured Penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society
    5. Otta, S.K. dan Patil, P.K. 2012. Training Programme On Management Of Emerging Diseases Of Shrimp With Special Reference To Pacific White Shrimp, Litopenaeus Vanname. Aquatic Animal Health And Environment Division Central Institute Of Brackishwater Aquaculture: Chennai

    6. Brock, J.A. dan Main, K.L. 1994. A Guide to The Common Problems and Diseases of Cultured Penaeus vannamei. The Oceanic Institute: Honolulu

    7. Australian Government Department of Agriculture, Fisheries and Forestry. 2012, Aquatic Animal Diseases Signifcant to Australia: Identifcation Field Guide, 4Th Edition, DAFF, Canberra



    No comments:

    Post a Comment