-->

atas

    Jumat, 10 Oktober 2025

    Red Sea Bream Iridoviral Disease (RSIVD) pada ikan

    Nama lain: -

    Hospes 
    red sea bream, crimson sea bream, spotted parrot fish, sea bass, sea bream, red dan brown spotted grouper, tiger puffer, spotted parrot fish, amberjack, goldstriped amberjack, Japanese, dll [1]. Ada hampir sekitar 40 spesies inang dari RSIVD ini [5]. Ikan dari genus Oplegnathus lebih sensitif dibandingkan genus lainnya [9]. 

    Stadium rentan 
    juvenil hingga dewasa rentan terhadap RSIV [4,9].

    Etiologi/ penyebab
    Red seabream virus, DNA , iridovirus [1,3]. Virus ini termasuk dalam genus megalocytivirus dan merupakan salah satu strain dari Infectious spleed and kidney necrosis virus. Virus ini berdiameter 200-400nm [4]. Virus ini bereplikasi di sitoplasma [6]. Virus ini seringkali dikaitkan dengan Infectious spleen and kidney necrosis virus (ISKNV) dan Turbot reddish body iridovirus (TRBIV) namun RSIV berbeda dari kedua penyakit tersebut meskipun semuanya termasuk dalam famili Iridoviridae [9]

    Epizootiologi
    Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Jepang pada tahun 1990. Virus ini ditemukan di wilayah perairan Jepang, Hongkong, dan Thailand [1]. Hingga saat ini, penyebaran RSIVD banyak dilaporkan di wilayah Asia Timur dan Tenggara [7]. Penularan terjadi secara horizontal. Kebanyakan outbreak terjadi pada musim semi[1]. Ikan yang bertahan dari RSIVD dapat menjadi resisten [8]. MOrtalitas dan morbiditas penyakit ini bergantung pada ukuran, umur ikan, suhu, dan kondisi budidaya dengan tingkat mortalitas 0-100% [9]. 

    Faktor pendukung
     Outbreak sering terjadi pada musim panas pada suhu 25oC [9]. 

    Gejala Klinis
    Letargi, insang, ginjal, hati pucat, anemia, hemoragi petekie insang, limpa membesar, perubaan warna tubuh pucat atau menggelap [1]. insang  terdapat hemoragi petechiae. Pada ikan yang hampir mati terdapat perubahan warna menghitam kemudian mati [3].

    Perubahan patologi
    Organ limpa mengalami pembengkakan, pada insang terdapat bintik-bintik hemoragi [2]. Virus ini bereplikasi di sitoplasma limpa dan ginjal anterior. Pada ikan yang mati teramati sel yang berdegenerasi dan enlarged cell basofilik. Sel-sel basofilik membesar (enlarged) ditemukan di hati, limpa, ginjal, jantung, sel endotel, dan insang Pada ikan yang mampu bertahan terdapat sel eosinofilik bergranulasi dan tidak ada enlarged cell. Virus menginfiltrasi pembuluh  darah limpa dan ginjal kemudian menyebar ke organ lain (hati, jantung, insang, lambung, usus). Limpa dan Ginjal mengalami nekrosis [1,3].

    Diagnosa banding
    Septicemia karena virus dan bakteri [1]

    Metode Diagnosa
    Diagnosa sederhada dilakukan dengan stained smear. Imprint limpa, Histopatologi, ELISA, kultur sel, PCR, IFAT digunakan sebagai metode diagnosa [1]. Metode diagnosa cepat sudah mulai dikembangkan dengan menggunakan kit koaglutinasi [2]. Hasil positif imprint didapatkan apabila sejumlah “blast” seperti sel radang di limpa, ginjal, jantung, hati, saluran pencernaan, pancreas, insang, gelembung renang, mata, meninges, tulang, otot [3].Metode diagnosa RSIV dengan  Loop mediated isothermal amplification (LAMP) dinilai 10 kali lebih sensitif daripada PCR [4].

    Pencegahan dan Pengendalian
    Vaksinasi, higienitas, dan pengurangan stressor [1]. Formalin-killed vaccine telah dibuktikan mampu mengatasi RSIV namun untuk vaksin DNA hingga saat ini masih diinvestigasi [4]. Pengembangan untuk strain resisten terhadap RSIVD hingga saat ini masih dilakukan. Hal terpenting untuk pengendalian RSIVD adalah peningkatan imunitas spesifik dan non spesifik dengan pemeliharaan kesehatan [6].

    Referensi

    1. Raidal, S., Garry Cross, Stan Fenwick, Philip Nicholls, Barbara Nowak, Kevin Ellard, Frances Stephens. 2004. Aquatic Animal Health: Exotic Diseases Training Manual. Murdoch Print: Australia
    2. Susilo, J. 2018. Diagnosa cepat, tepat, dan akurat Red Seabream Iridovirus Disease Pada Ikan Kerapu. Info Akuakultur no 36/Tahun III/ Januari 2018.
    3. Lio-Po. G.D. dan Inui, Y. 2014. Health Management in Aquaculture Second Edition. Southeast Asian Fisheries Development Center, Aquaculture Department.
    4. Eiras, J.C., H. Segner,T. Wahli,B.G. Kappoor (ed). 2008. Fish Diseases Volume 2. Science Publishers:
    5. Kibenge, F.S.B. dan Godoy, M.G. (Ed). 2016. Aquaculture Virology. Elsevier: UK
    6. Inui, Y. & Cruz-Lazierda, E. (Ed). 2001. Proceedings of the SEAFDEC-OIE Seminar-Workshop on Disease Control in Fish and Shrimp Aquaculture in Southeast Asia-Diagnosis and Husbandry Techniques. Southeast Asian Fisheries Development Center : Iloilo
    7. Woo, P.T.K., D.W. Bruno, L.H. Susan Lim (Ed). 2002. Diseases and Disorders of Finfish in Cage Culture. CABInternational: Wallingford
    8. Plumb, J.A dan Hanson, L.A. 2011. Health Maintenance and Principal Microbial Diseases of Cultured Fishes Third Edition. Black and Wiley: Iowa
    9. OIE. 2019. Chapter 2.3.8: Red Sea Bream Iridoviral Disease. Manual of Diagnostic Tests for Aquatic Animal

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar