-->

atas

    Saturday 3 August 2019

    Dinamika penggunaan ikan rucah sebagai pakan bagi ikan



    ikan rucah (pict by jitunews.com)

    Ikan rucah pada dasarnya diartikan sebagai ikan bernilai rendah. Namun demikian definisi ini saat ini bergeser, sebab banyak ikan rucah yang diolah menjadi produk yang bernilai. Ikan rucah, dalam bahasa inggris diistilahkan sebagai “ikan sampah”, “hasil sampingan”, atau trash fish sebab perolehannya bukan sebagai sisa hasil tangkapan. Ikan rucah juga disebut sebagai “pig fish” sebab digunakan dalam peternakan babi tradisional skala rumah tangga. Di beberapa negara, ikan rucah disukai pembudidaya untuk dipakai sebagai pakan ikan karena harganya yang relatif lebih murah dan selalu tersedia.

    Tidak ada spesifikasi khusus ikan rucah. Tidak hanya ikan, moluska, krustasea, dan echinoid juga termasuk dalam ikan rucah. Ikan rucah yang digunakan sebagai pakan berasal dari ikan demersal. Ikan pelagis bisa jadi digunakan ketika suplai berlebih. Spesies Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta), spotted sardine (Sardinella sp.), smoothbelly sardine (Ambligaster leiogaster), mackerel scad (Decapterus macarelus), round scad (Decapterus sp.) dan big eyed scad (Selar crumenopthalmus) paling umum digunakan. Ikan bernilai tinggi juga bisa digunakan sebagai pakan rucah. Komposisi ikan rucah setiap tangkapan bervariasi, bergantung area, musim, dan jenis alat tangkapnya. Di Vietnam, ada lebih dari 100 spesies ikan rucah laut yang dipakai sebagai pakan atau bahan pakan. Ikan jenis anchovy (Stolephorus sp), lizard fish (Saurida sp), pony fish (Leistonagthus spp) dikatakan sering dipakai sebagai pakan rucah di negara ini.


    Pembudidaya tradisional merupakan pembudidaya yang kerap menggunakan ikan rucah sebagai pakan. Pakan rucah biasanya diberikan secara langsung pada ikan. Jenis komoditas yang kerap diberikan ikan rucah meliputi ikan patin, ikan kerapu, lobster, dan udang. Pada suatu studi asupan pakan yang melibatkan pembudidaya dari beberapa spesies ikan laut di beberapa negara menunjukkan bahwa pada dasarnya ikan dapat dipelihara dengan berbagai macam pakan. Kecuali untuk ikan kerapu yang sulit dalam menerima pakan berupa pelet. Penggunaan pelet memang lebih menguntungkan namun harganya yang kurang ekonomis sehingga masih banyak pembudidaya yang bergantung pada ikan rucah.

    Meskipun demikian, penggunaan ikan rucah sebagai pakan tidak selalu menguntungkan. Ikan rucah kurang direkomendasikan sebagai pakan utama sebab kandungan nutrisinya tidak konsisten dan berkontribusi mencemari air dan berpotensi membawa patogen. Banyak patogen yang berpotensi bebas masuk ke dalam tubuh ikan dari pakan rucah. Ikan rucah bisa jadi menjadi sumber pembawa penyakit-penyakit infeksius. Parasit bisa jadi mati pada proses ini. Walaupun ikan rucah diberi perlakuan pembekuan, patogen (bakteri dan virus) masih dapat bertahan. Patogen yang terdeteksi terdapat dalam pakan rucah adalah kelompok Streptococcus dan iridovirus (Kim et al., 2007), megalocytivirus iridoviridae/ Infectious Spleen Kidney Necrosis Virus (Lajimin et al., 2008), Vibrio harveyi (Kim, 2015). Penggunaan ikan rucah berkualitas rendah atau yang disimpan berhari-hari juga dapat meningkatkan potensi peningkatan jumlah bakteri di kolom air. Ikan rucah yang tidak termakan dan mengendap di dasar jaring tentunya juga dapat meningkatkan prevalensi bakteri.

    Penggunaan ikan rucah juga bertentangan dengan keberlanjutan budidaya serta beberapa aspek penurunan kualitas lingkungan. Diketahui bahwa ikan rucah dapat melepaskan nutrien ke dalam kolom air. Meskipun tidak sebesar pada pakan pelet, ikan rucah akan segera hancur di dalam air, terutama jika diberikan pada spesies seperti kerapu. Akibatnya 30-50% pakan ikan rucah akan terbuang. Hal ini 2-4 kali lebih tinggi daripada jumlah yang hilang ketika diberikan pelet. Hancuran pakan ikan rucah juga dapat membusuk di dasar keramba dan mencemari.

    Penggunaan ikan rucah sebagai pakan adalah hal umum dalam dunia budidaya. Penggunaannya semakin meningkat karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan menggunakan pakan komersial. Namun belakangan ini harganya meningkat akibat tingginya permintaan. Pada zaman sekarang, ikan rucah bersaing penggunaannya sebagai pakan ikan dan juga sumber makanan manusia. Meningkatnya teknologi menggeser penggunaan beberapa spesies yang semula sebagai ikan rucah, dimanfaatkan sebagai makanan manusia. Misalnya saja leatherjack fish, yang dahulu jarang dimakan, kini diolah sebagai fillet dan dikeringkan untuk eksport.

    Leather jacket fish fillet for export (by phusefoods.com)
    Harga ikan rucah berbeda-beda, bergantung kadar proteinnya. Di Vietnam, kualitas dan harga ikan rucah dibagi menjadi tiga kategori, rendah, medium, dan tinggi. Kualitas ini ditentukan dari komposisi spesies, kualitas, dan kesegaran. Ikan rucah berkualitas baik terlihat segar dan bercahaya. Ikan berkualitas sedang warnanya kusam namun bentuknya masih utuh. Sedangkan ikan berkualitas baik berbau busuk dan rusak.  Harga ikan rucah juga dapat fluktuatif bergantung ketersediaan. Kualitas ikan rucah biasanya buruk sebab penyimpanannya yang tidak memadai di kapal, terutama pada kapal yang melaut selama 1-6 minggu. Masa simpan ikan rucah sangat pendek. Meskipun disimpan dengan pendingin, nutrisi ikan rucah akan menurun dalam beberapa minggu.

    Sebagai pakan bagi ikan, ikan rucah selain diberikan secara langsung juga ada yang menggunakannya sebagai bahan untuk pembuatan tepung ikan. Pemberian ikan rucah juga dapat terbagi beberapa tipe pengolahan minimalis, ada yang memberikan secara utuh, tubuhnya saja (tanpa kepala dan ekor), tanpa isi perut, dan kombinasi ikan rucah dan sisa pemrosesan (kepala dan ekor). Di Indonesia, ikan rucah biasa diperoleh pembudidaya per tiga hari. Ikan yang datang dimasukkan wadah dengan es dan disimpan hingga saatnya diberikan, biasanya setiap satu hingga tiga hari sekali. Di daerah tertentu seperti di Riau, beberapa unit pembesaran ikan mengolah ikan rucah menjadi ikan asin sebelum digunakan sebagai pakan ikan. Ikan rucah yang diasinkan ini diberikan sebagai sumber protein pakan hingga 30% dari pakan. Tingkat penerimaan ikan terhadap pakan rucah yang diolah semacam ini bervariasi bergantung spesies dan konsentrasi garam. Ikan patin dan ikan nila merupakan dua jenis ikan yang diberikan pakan ini. Hasan et al (2016) yang melakukan studi ini  pada lele sungai (Hemibagrus nemurus) menyatakan bahwa pakan ikan rucah yang diasinkan tidak mempengaruhi kadar protein dan abu ikan, namun meningkatkan kelembaban dan menurunkan kadar lemak. Profil asam amino esensial yang diberi pakan ikan rucah diasinkan tidak berbeda dengan ikan yang diberi pakan biasa.

    Penggunaan ikan rucah disarankan untuk dikurangi, disamping aspek lingkungan dan kesehatan, juga keberlangsungan spesies ikan di masa mendatang. Namun demikian, masalah baru yang muncul adalah ketersediaan pakan buatan yang belum terjangkau. Masalah lainnya adalah keengganan ikan memakan pakan ramuan pada pergantian pakan ikan rucah. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengalihan pakan secara bertahap.

    Referensi

    Aquafeed.com staff. 2010. Marine Finfish: Reducing the dependence on trash fish as feed for marine finfish.

    Edwards, P., Tuan, L.A., Allan, G.L. 2004. A survey of marine trash fish and fish meal as aquaculture feed ingredients in Vietnam. ACIAR Working Paper no 57

    FAO. Trashfish Feeds Environmental impact. TCP/RAS/3203

    Hasan, B., I. Putra, I. Suharman, D. Iriani. 2016. Evaluation of salted trash fish as a protein source replacing fishmeal in the diet for river catfish (Hemibagrus nemurus). AACL Bioflux 9(3)

    Hossain, M.A., K.M Al-Abdul-Elah, S. El-Dakour. 2017. Evaluation of different commercial feeds on
    grow-out silver black porgy, Sparidentex hasta (Valenciennes), for optimum growth performance, fillet quality, and cost of production. Saudi Journal of Biological Sciences 24:71–79

    Kim, J.H., D.K. Gomez, C.H. Choresca Jr., S.C. Park. 2007. Detection of major bacterial and viral pathogens in trash fish used to feed cultured flounder in Korea. Aquaculture 271: 105-110

    Kim, D.H. 2015. Low-value Fish used as Feed is a Source of Disease in Farmed Fish. Fish Aquat Sci 18(2), 203-209

    Lajimin.S., A.A. Razak, D.J. Denil., J. Ransangan, M.E.A. Wahid, A. Sade. 2015. First detection of Megalocytivirus (Iridoviridae) in trash fish used for aquaculture feed in Sabah, Malaysia. International Journal of Aquatic Science 6(1): 54-66

    Sim, S.Y., Rimmer, M.A., Toledo, J.D., Sugama, K., Rumengan, I., Williams, K.C., Phillips, M.J. 2005. Pedoman Praktis Pemberian dan Pengelolaan Pakan untuk Ikan Kerapu yang dibudidaya. NACA, Bangkok, Thailand. 18 ha.

    No comments:

    Post a Comment