-->

atas

    Tampilkan postingan dengan label penicillium. Tampilkan semua postingan
    Tampilkan postingan dengan label penicillium. Tampilkan semua postingan

    Rabu, 09 Januari 2019

    Mengenal mycotoxin dalam dunia perikanan

    Mycotoin adalah toksin yang merupakan metabolite sekunder asal jamur dapat memapar pada pakan hewan/ ternak. Terdapat 3 jenis jamur yang mampu menghasilkan toksin yaitu Aspergillus, Penicillium and Fusarium. Kebanyakan mycotoxin yang menyebabkan kondisi patologis dari ketiga jamur ini meliputi aflatoxins (aflatoxin B1-2, G1-2), Fusarium toxins (zearalenones, tricothecenes - vomitoxin, T2), ochratoxins (ochratoxin A & B), cyclopiazonic acid, patulin, slaframine, dan citrinin. Jamur ini dapat tumbuh dimanapun selama substratnya memiliki kadar COH yang cukup, kelebapan tidak kurang dari 14%, suhu dan oksigen sesuai. Munculnya jamur ini pada pakan biasanya disebabkan oleh penyimpanan yang buruk (suhu dan kelembaban).

    a.       Aflatoxin
         Toksin ini merupakan toksin yang banyak mengganggu pakan pada spesies budidaya. Toksin ini berasal dari jamur Aspergillus yang bersifat toksik dan karsinogenik. Terdapat empat spesies aspergillus yang mengahasilkan aflatoksin yakni A. fl avus, A. parasiticus, A. nomius dan A. pseudotamarii. Aflatoksin sendiri terdiri dari beberapa jenis, namun AFB1 merupakan komponen utama dan paling banyak dipelajari. Pada hati, toksin ini menimbulkan hepatoma dan mengganggu penjendalan darah. Ikan rainbow trout sangat sensitive terhadap toksin ini (1ug/kg). Pada ikan nila, kejadian neoplasma atau tumor banyak dikaitkan dengan kadar aflatoksin yang tinggi. Meskipun demikian, ikan air tawar seperti channel catfish dan nila mampu mentoleransi kadar aflatoksin tipe B1 pada kadar yang lebih tinggi. Sumber toksin adalah pakan dari jagung, biji kapas, dan kacang. Terdapat 4 jenis aflatoksin yang banyak dikenal yakni B1, B2, G1, dan G2. Keempatnya dapat berikatan dengan protein dan DNA yang menimbulkan aflatoksikosis.